Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Difabel

Nia Dinata : Film Sejauh Kumelangkah Menambah Literasi Inklusif

Sineas Nia Dinata menyatakan film Sejauh Kumelangkah mampu menerapkan prinsip inklusivitas dengan baik.

23 Januari 2021 | 10.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Sineas Nia Dinata menilai film dokumenter Sejauh Kumelangkah menambah literasi inklusif untuk masyarakat, khususnya dunia perfilman. Film garapan sutradara Ucu Agustin ini, menurut dia, membuka sudut pandang baru dan menggugah empati masyarakat terhadap kelompok yang selama ini termarjinalkan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Film dokumenter yang mengusung prinsip inklusi dapat menjadi tontonan yang baik selama pandemi Covid-19. Ini menjadi 'makanan' untuk jiwa kita," kata Nia Dinata dalam diskusi daring Film Inklusif : Pendekatan Kreatif untuk Perubahan dan Aksesibilitas pada Jumat, 22 Januari 2021.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nia Dinata menilai film Sejauh Kumelangkah yang menceritakan kehidupan dua penyandang disabilitas netra yang tinggal di Indonesia dan Amerika Serikat, mampu menerapkan prinsip inklusivitas dengan baik. Film Ucu Agustin sebelumnya yang berjudul 'Farewell My School', menurut Nia Dinata, termasuk film apik yang menggambarkan kondisi anak-anak dengan pandangan terbatas atau Low Vision.

"Film dokumenter dapat merepresentasikan keadaan sebenarnya yang jauh di luar perkiraan orang pada umumnya," kata Nia Dinata. Contoh, ada anak yang alergi cokelat, sementara hampir semua orang menganggap cokelat bukan makanan berbahaya dan tak dapat dipisahkan dari dunia anak-anak.

Cuplikan trailer film Sejauh Kumelangkah. Youtube

Aktivis difabel dan penggiat seni penyandang disabilitas netra, Irwan Dwi Kustanto mengatakan film dokumenter yang inklusif merupakan pintu advokasi isu disabilitas yang paling dekat dengan masyarakat. Film Sejauh Kumelangkah, menurut Irwan, menjadi gambaran tepat tentang bagaimana difabel Netra selama menempuh pendidikan.

"Selama ini suara kami belum ada secara nyata di pemerintahan atau masyarakat," kata Irwan. "Pintu-pintu budaya yang membuka kesempatan sehingga suara kami penyandang disabilitas dapat terwakilkan dengan nyata."

Irwan yang juga menggagas kegiatan menonton inklusif sejak 2007 menambahkan, kegiatan menonton film bagi penyandang disabilitas Netra mampu memberikan dukungan psikologis.

Menonton film secara inklusif dapat merobohkan batas antara kelompok disabilitas Netra dan non-disabilitas Netra. Ketika difabel Netra menonton film, Irwan melanjutkan, ada perasaan diterima dalam pergaulan karena bisa menonton film bersama-sama, seperti nonton bola atau film di bioskop.

Lantaran masih pandemi Covid-19, masyarakat yang ingin menyaksikan film Sejauh Kumelangkah dapat mendaftar lewat situs www.sejauhkumelangkah.com. Film ini telah dilengkapi teks closed caption dan audio description.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus