Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nusa

Orang usiran dari gayo

Kondisi jalan menuju kawasan blangkejeren masih parah. penduduk yang sudah bosan terisolir banyak yang pindah ke daerah lain atau ke kota.akibatnya, daerah ini kekurangan orang.

9 April 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PENDUDUK kabupaten Aceh Tenggara tercatat 148.139 kepala. Yang turut memilih dalam pemilihan umum mendatang hanya 73.879 orang: Daerah ini terdiri 9 kecamatan, 31 kemukiman dan 229 desa. Penduduk yang tercatat adalah di kecamatan-kecamatan sebelah timur Kutacane (213 km dari Medan). Sedang penduduk sebelah utara menuju Blangkejeren, di kecamatan Kuta Panjang, Terangon dan Rikit Gaib rata-rata kepadatannya tidak sampai 10 orang tiap 1 kmÿFD. Malah kecamatan Blangkejeren di daerah Gayo kepadatannya cuma 5 orang per kmÿFD. Jarangnya penduduk di sana, kendati daerahnya luas dan tergolong subur, bukan gara-gara perang sejak zaman Belanda tempo hari. Jalan yang parah sejak puluhan tahun sampai merdeka, turut membuat uneg-uneg penduduk sana. Karena sudah bosan terkurung dan hari depan mereka juga tak di~etahui apakah suram atau cerah. akhirnya mereka terpaksa lari dari kampung halaman. Ke daerah lain atau ke kota dianggap pilihan yang tepat. Bagai kisah "orang usiran" saja. "Sejak sepuluh tahun terakhir ini tak kurang dari tiga puluh ribu manusia yang meninggalkan kampung halamannya", kata Hadjarul Aswad. sekwilda Aceh Tenggara pada koresponden TEMPO ketika berada di Kutacane. "Mereka sudah tak tahan lagi di sana. Dan penghidupan dianggap bakal tak cerah kalau terus bertahan. Mereka tak bisa pergi ke mana-mana karena hubungan sudah lama putus", tambah Aswad yang berasal dari Blangkejeren itu. Ia sendiri lama di Banda Aceh. Setelah Aceh Tenggara jadi kabupaten pulang ke kampung atas permintaan bupati Syahadat. Mereka sama-sama ingin membangun daerah yang terbelakang dan berada di pedalaman itu. Masih Gamang Tata masyarakat, pembinaan wilayah dan dunia pendidikan belum berkembang baik di kabupaten baru itu. Masalahnya bukan saja menyangkut biaya dan minimnya subsidi yang diterima. "Selama ini jalan begitu buruk dan kita tak bisa berbuat apa-apa. Lebih banyak mengejar ketinggalan atau meniru daerah lain", kata Syahadat. "Malah mau membicarakan soal pembangunan kita masih gamang di sini". Misalnya membangun SD atau kantor-kantor. Bukan hanya bahan-bahan seperti semen atau besi, tukang saja terpaksa dibawa dari Medan. Seorang pemborong di Blangkejeren mengatakan harga satu zak semen di sana tidak kurang dari Rp 4.000, padahal di Kutacane cuma Rp 1.500 atau di Medan berkisar Rp 1.250 sampai Rp 1.300. Ongkos angkut barang dari Kutacane ke Blangkejeren Rp 60 per kg. Yang tak payah mengurusnya hanya batu karena bisa dibeli di sana. Tapi urusan papan, beroti atau bikin kosen pintu dan jendela saja terpaksa diangkut dari Kutacane. Sedang di Blangkejeren dan sekitarnya papan juga ada, tapi masih harus dibelah dengan gergaji tangan. "Sehari paling-paling si pembelahnya cuma mampu membereskan 3 keping saja", ucap Syahadat. "Banyak pemborong yang takut ke Aceh Tenggara". "Itulah sebabnya subsidi yang kita terima selama ini tidak seimbang dengan pengalaman kita di lapangan", katanya. "Apalagi jika subsidi itu diberikan berdasarkan jumlah penduduk, wah, kita di Aceh Tenggara ini bisa menjerit terus. Atau kita terpaksa memaksa pemborong menyiapkan bangunan, padahal dia juga tertimpa rugi". Begitupun bukan tak ada bangunan baru di daerah itu, terlepas bagaimana mutu dan daya tahannya. "Semua yan sudah siap itu kita padai-padailah, tambah bupati. "Tapi tak semua orang tahu apa yang sedang kita alami. Malah ada yang menyangka bukan-bukan. Habis. Dia 'kan tak pernah lihat lapangan. Ngomong dan menuduh 'kan tak payah".

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus