Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Pemkab Lamongan akan Pulangkan Mahasiswa yang Tertinggal di Wuhan

Mahasiswa tersebut ditolak petugas bandara Wuhan saat pemulangan 283 WNI 2 Februari lalu karena sakit flu.

8 Maret 2020 | 18.44 WIB

Image of Tempo
Perbesar
aku titip foto mahasiswa Indonesia berbelanja di kota Wuhan, provinsi Hubei, Cina. Sumber: Direktroat Perlindungan WNI Kemenlu

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Lamongan-Pemerintah Kabupaten Lamongan berupaya memulangkan Khumaidi Said, 25 tahun, yang tengah kuliah di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Cina. Meski berada di Wuhan, namun mahasiswa Universitas Negeri Surabaya (Unesa) ini dinyatakan sehat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Khumaidi Said sebenarnya sudah masuk rombongan 283 WNI yang dipulangkan pada 2 Februari 2020 lalu. Tetapi saat berada di Bandara Internasional Tianhe, Wuhan, pemuda ini ditolak petugas bandara.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Alasannya karena saat itu warga Desa Payaman, Kecamatan Solokuro, Lamongan tersebut tengah sakit pilek. Khumaidi akhirnya bertahan Wuhan sampai sekarang.
 
Bupati Lamongan Fadeli mengatakan sedang mencarikan jalan keluar memulangkan Khumaidi Said. Namun dia terkendala sejumlah negara telah menutup penerbangan ke Cina.

Karena itu Pemerintah Lamongan akan membiayai secara mandiri pemulangan itu. "Kita akan biayai pemulangan dia,” ujar Kepala Bagian Protokol dan Komunikasi Pimpinan Pemerintah Kabupaten Lamongan Arief Bachtiar pada Tempo, Minggu, 8-Maret-2020.

Karena proses penerbangan terputus-putus, salah satu alternatifnya Khumaidi dijadwalkan pulang lewat Thailand dan transit di negara tersebut.

Selanjutkan, jika proses perjalanan lancar, maka Khumaidi akan langsung menuju Indonesia. "Tentu dengan melewati prosedur dan standar kesehatan di negara yang dilewati lewat transportasi udara," katanya.

Menurut Arief Bachtiar, kondisi Khumaidi dalam keadaaan sehat. Meski demikian, jika nanti bisa pulang ke Lamongan, tentu akan melewati masa karantina.

Setidaknya, menurut dia, butuh waktu sekitar 14 hari hingga 17 hari lamanya. ”Pemerintah Lamongan masih berupaya itu,” kata Arief.
 
Untuk proses pemulangan ini, Pemerintah Lamongan telah berkomunikasi dengan pihak Unesa dan Kedutaan Besar Indonesia di Cina.

SUJATMIKO

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus