Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Pengertian Puisi Bahasa Indonesia, Ciri-Ciri, Jenis, dan Contohnya

Puisi adalah bentuk karya sastra dari hasil ungkapan dan perasaan penyair. Ini pengertian puisi bahasa Indonesia, ciri-ciri, hingga contohnya.

2 Desember 2024 | 22.04 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan perasaan, pikiran, atau pengalaman hidup melalui rangkaian kata-kata indah dan bermakna. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dalam puisi, setiap kata dan baris dipilih dengan hati-hati agar dapat menyampaikan pesan yang mendalam, bahkan dalam jumlah kata yang terbatas. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Untuk memahami lebih jauh mengenai apa itu puisi, berikut adalah pengertian puisi Bahasa Indonesia, ciri-ciri, jenis dan contohnya. 

Pengertian Puisi Bahasa Indonesia

Mengutip Modul Pembelajaran SMA Bahasa Indonesia karya Sutji Harijanti, puisi adalah bentuk karya sastra dari hasil ungkapan dan perasaan penyair dengan bahasa yang terikat irama, matra, rima, penyusunan lirik dan bait, serta penuh makna.

Keindahan puisi sering kali terletak pada pilihan kata, gaya bahasa yang mampu menggugah emosi atau memancing imajinasi pembaca. 

Selain itu, puisi juga sering ditulis sebagai medium komunikasi yang dapat menyampaikan kritik, aspirasi, atau harapan secara lebih mendalam. 

Ciri-Ciri Puisi

Puisi terbagi dalam dua tipe yakni puisi lama dan puisi baru. Keduanya memiliki ciri-ciri yang berbeda. Berikut adalah ciri-ciri puisi. 

1. Puisi Lama

Puisi Lama merupakan puisi yang masih terikat oleh aturan-aturan yaitu sebagai berikut ini:

  • Tak diketahui nama pengarangnya.
  • Penyampaiannya yang bersifat dari mulut ke mulut, sehingga merupakan sastra lisan.
  • Sangat terikat akan aturan-aturan misalnya seperti jumlah baris tiap bait, jumlah suku kata ataupun rima.

2. Puisi Baru

Puisi baru merupakan puisi yang tidak terikat lagi oleh aturan yang mana bentuknya lebih bebas daripada puisi lama. Ciri-ciri puisi baru diantaranya:

  • Mempunyai bentuk yang rapi, simetris.
  • Persajakan akhir yang teratur.
  • Memakai pola sajak pantun dan syair walaupun dengan pola yang lain.
  • Umumnya puisi 4 seuntai.
  • Setiap baris atasnya sebuah gatra (kesatuan sintaksis).
  • Setiap gatranya pada umumnya terdiri dari suku kata. Namun ada juga yang terdiri dari 4-5 suku kata.

Jenis-Jenis Puisi

1. Puisi Naratif

Puisi naratif menyajikan cerita atau pesan yang ingin disampaikan oleh penyair. Puisi ini dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu balada dan romansa. 

Balada adalah puisi yang menceritakan kisah tentang orang-orang berani atau tokoh yang dihormati. Contohnya adalah "Balada Orang-orang Tercinta" dan "Blues untuk Bonnie" karya WS Rendra.

Romansa adalah jenis puisi naratif yang menggunakan bahasa romantis dan mengisahkan cinta, sering kali diselingi dengan adegan pertarungan atau petualangan.

2. Puisi Lirik

Puisi lirik terdiri dari berbagai jenis, seperti elegi, ode, dan serenade. Elegi adalah puisi yang mengekspresikan rasa duka. 

Contohnya adalah "Elegi Jakarta" karya Asrul Sani, yang mengungkapkan kesedihan penyair tentang Kota Jakarta. 

Serenada adalah sajak cinta yang dapat dinyanyikan, dengan nama yang berarti lagu yang cocok dinyanyikan di waktu senja. Contoh serenada adalah puisi karya Rendra berjudul "Serenada Biru," "Serenada Hitam," dan lainnya, di mana setiap warna mencerminkan suasana cinta yang berbeda, seperti bahagia, sedih, atau kecewa. 

Ode adalah puisi yang memuja seseorang, sesuatu, atau keadaan tertentu. Contoh terkenal adalah "Teratai" oleh Sanusi Pane, "Diponegoro" karya Chairil Anwar, dan "Ode buat Proklamator" oleh Leon Agusta.

3. Puisi Deskriptif

Dalam puisi deskriptif, penyair memberikan pandangan atau kesan tentang suatu keadaan, benda, atau suasana yang menarik perhatiannya. 

Jenis puisi ini mencakup satire dan puisi yang menyampaikan kritik sosial. Satire adalah puisi yang menyuarakan ketidakpuasan penyair terhadap suatu keadaan, namun dilakukan dengan cara menyindir atau menyatakan hal sebaliknya. 

Puisi kritik sosial juga mengungkapkan ketidakpuasan penyair terhadap suatu keadaan atau individu tertentu, tetapi dengan menunjukkan ketidaksesuaian atau kelemahan dari keadaan atau orang tersebut. 

Kesan ini juga bisa ditemukan dalam puisi impresionistik, yang menyampaikan kesan atau pandangan penyair terhadap suatu hal.

Unsur-Unsur dalam Puisi

Unsur-unsur puisi terdiri dari dua kategori, yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik.  

1. Unsur Intrinsik

Unsur intrinsik adalah elemen-elemen yang terdapat dalam puisi dan menentukan bentuk serta maknanya sebagai karya sastra. Berikut unsur intrinsik puisi:

  • Diksi (Pilihan Kata): Penyair harus memilih kata dengan tepat, memperhatikan makna, bunyi dalam rima dan irama, posisi kata dalam konteksnya, serta peran kata tersebut dalam keseluruhan puisi.  
  • Imaji: Imaji adalah penggunaan kata-kata yang spesifik dan konkret, mampu menghadirkan gambaran visual, auditori, atau sentuhan dalam benak pembaca.  
  • Majas (Gaya Bahasa): Gaya bahasa atau majas adalah penggunaan bahasa figuratif yang memungkinkan penyair menyampaikan makna secara tidak langsung atau dengan cara kiasan.  
  • Bunyi: Bunyi dalam puisi berhubungan dengan penggunaan kata-kata yang menciptakan nuansa tertentu.  
  • Rima: Rima adalah pola bunyi berulang yang menciptakan keindahan dalam puisi.  
  • Ritme: Ritme adalah dinamika suara dalam puisi yang membuatnya lebih menarik dan tidak monoton.  
  • Tema: Tema adalah ide utama atau pesan pokok yang ingin disampaikan penyair melalui puisinya.

2. Unsur Ekstrinsik Puisi

Unsur ekstrinsik adalah faktor-faktor yang berada di luar puisi namun turut memengaruhi hadirnya puisi sebagai karya seni. Unsur-unsur ini meliputi aspek sejarah, psikologis, filsafat, dan religi:  

  • Aspek Sejarah: Merujuk pada elemen sejarah atau ide yang terkandung dalam puisi.  
  • Aspek Psikologis: Berkaitan dengan kondisi kejiwaan atau mental penyair yang tercermin dalam karyanya.  
  • Aspek Filsafat: Sebagian ahli meyakini bahwa filsafat memiliki hubungan erat dengan puisi, meskipun beberapa lainnya berpendapat bahwa filsafat dan puisi tidak selalu saling terkait.  
  • Aspek Religius: merujuk pada tema religius atau spiritual yang sering diangkat dalam puisi oleh penyair.

Contoh Puisi

Aku Ingin

Karya: Sapardi Djoko Damono

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana

dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu

kepada api yang menjadikannya abu

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana

dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan 

kepada hujan yang menjadikannya tiada 

Hujan Bulan Juni

Karya Sapardi Djoko Darmono

Tak ada yang lebih tabah

Dari hujan bulan juni

Dirahasiakannya rintik rindunya

Kepada pohon yang berbunga itu

Tak ada yang lebih bijak

Dari hujan bulan juni

Dihapusnya jejak-jejak kakinya

Yang ragu-ragu di jalan itu

Tak ada yang lebih arif

Dari hujan bulan juni

Dibiarkannya yang tak terucapkan

Diserap akar pohon bunga itu

(hujan bulan juni, 1994)

Sajadah Panjang

Karya: Taufiq Ismail

Ada sajadah panjang terbentang

Dari kaki buaian

Sampai ke tepi kuburan hamba

Kuburan hamba bila mati

Ada sajadah panjang terbentang

Hamba tunduk dan sujud

Di atas sajadah yang panjang ini

Diselingi sekedar interupsi

Mencari rezeki, mencari ilmu

Mengukur jalanan seharian

Begitu terdengar suara azan

Kembali tersungkur hamba

Ada sajadah panjang terbentang

Hamba tunduk dan rukuk

Hamba sujud dan tak lepas kening hamba

Mengingat Dikau

Sepenuhnya.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus