Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA -- Kepala Satuan Tugas Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia Jawa Timur, Romdhoni, meminta pemerintah memperbaiki sistem rujukan penanganan pasien Covid-19 di Jawa Timur. Selama ini, menurut dia, sebagian besar pasien bergejala sedang dan berat hanya ditangani di beberapa rumah sakit rujukan utama, sehingga terjadi penumpukan pasien.
Romdhoni mengimbuhkan, penumpukan itu menambah beban tenaga kesehatan yang membuat mereka rentan terjangkit virus. "Sistem rujukan harus segera diperbaiki. Ada beberapa rumah sakit yang penuh dan ada juga yang kosong," kata dia kepada Tempo, kemarin.
Dia melaporkan bahwa tingginya jumlah pasien menjadi salah satu faktor penyebab bertambahnya kasus dokter yang terinfeksi virus. Pada akhir Juni lalu, jumlahnya sebanyak 64 orang. Per kemarin, jumlah dokter yang menjadi pasien positif corona naik menjadi 92 orang. Dari angka tersebut, dokter yang wafat mencapai 13 orang.
Kondisi rumah sakit yang penuh dibenarkan oleh Ketua Ikatan Dokter Indonesia Jawa Timur, Sutrisno. Saat ini, kata dia, sekitar 20 rumah sakit rujukan di Surabaya sudah kewalahan menangani pasien. "Tenaganya juga sudah kecapekan. Banyak dokter dan paramedis yang terpapar," tutur Sutrisno.
Selain pembenahan sistem rujukan, dia mengusulkan pemerintah menerapkan pembatasan pergerakan masyarakat secara ketat yang disertai sanksi. Sebab, tanpa kebijakan tersebut, pasien-pasien wabah akan terus berdatangan setiap hari dan mengancam kelangsungan aktivitas di rumah sakit.
Selain dokter, jumlah perawat yang mengidap Covid-19 di Jawa Timur terus bertambah. Ketua Dewan Pengurus Wilayah Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Timur, Nursalam, melaporkan ada 248 perawat yang berstatus pasien positif.
Peningkatan signifikan, kata Nursalam, terjadi dalam sepekan terakhir, yakni mencapai 100 perawat. Nursalam menyebutkan jumlah pasien melonjak karena dalam sepekan terakhir banyak perawat yang menjalani tes cepat dan tes usap. "Memang karena efek logis dari rapid test dan tes PCR (polymerase chain reaction)," kata Nursalam.
Dia mengakui beban kerja yang terlalu tinggi membuat banyak anggotanya terinfeksi virus. Nursalam menyebutkan rasio jumlah perawat dengan pasien tidak sebanding. Saat ini, rasio perawat dengan pasien di ruang intensive care unit adalah 1 berbanding 1, di high care unit 1 berbanding 2, dan di ruang rawat inap 1 berbanding 5 hingga 8. Idealnya, ruang rawat inap menggunakan rasio 1 berbanding 3 hingga 4.
Menurut Nursalam, anggotanya yang terjangkit Covid-19 terbanyak berada di Kota Surabaya, yakni 108 perawat. Selanjutnya adalah Kabupaten Sidoarjo sebanyak 65 perawat. "Sisanya tersebar di beberapa kabupaten lain di Jawa Timur," dia menyebutkan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Nursalam mengklaim, dari 248 perawat yang terinfeksi Covid-19, sebanyak 50 persen lebih sudah dinyatakan sembuh, 30 persen masih dirawat di rumah sakit, dan sisanya menjalani isolasi mandiri. Adapun perawat yang meninggal sebanyak 12 orang. Rinciannya, Kota Surabaya tujuh orang serta Tuban, Sidoarjo, Kota Malang, Bojonegoro, dan Sampang masing-masing satu orang.
Senada dengan Romdhoni, Nursalam meminta pemerintah memperbaiki manajemen penanganan serta membuka data pasien Covid-19 yang sebenarnya. Dia menilai pemerintah perlu meninjau ulang kebijakan penambahan kamar di beberapa rumah sakit dengan mempertimbangkan ketersediaan tenaga kesehatan. Ia juga mengusulkan pemisahan gedung perawatan antara pasien Covid-19 dan non-Covid. "Rancangan gedung dan ruangan harus dibuat terpisah alurnya," ucap dia.
Panglima Komando Gabungan Wilayah Pertahanan II, Marsekal Madya Imran Baidirus, menuturkan lembaganya bersama pemerintah Jawa Timur akan menyiapkan sistem informasi rujukan satu pintu. Imran, yang diutus pemerintah pusat untuk membantu penanganan virus, mengatakan sistem tersebut berguna untuk menghindari penumpukan pasien di rumah sakit tertentu.
Nantinya, kata Imran, rumah sakit yang merujuk pasien wajib menghubungi petugas sistem satu pintu untuk dihubungkan ke rumah sakit penerima. Petugas pun harus memastikan rumah sakit rujukan masih memiliki ruang isolasi. "Perlu adanya komitmen dari kepala rumah sakit rujukan untuk memperbarui data dan dapat diakses publik."
NUR HADI (SURABAYA) | ROBBY IRFANY
Penumpukan Pasien Bebani Tenaga Kesehatan di Jawa Timur
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo