Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Borok Kanjuruhan Terulang di Jatidiri

Penggunaan gas air mata untuk meredam kericuhan di Stadion Jatidiri, Semarang, dinilai berlebihan.  

20 Februari 2023 | 00.00 WIB

Personel Sat-Brimob Polda Jateng berupaya menghalau sejumlah orang yang memaksa masuk ke area Stadion Jatidiri Semarang, Jawa Tengah, 17 Februari 2023. ANTARA FOTO/HO-Brimob Polda Jateng
Perbesar
Personel Sat-Brimob Polda Jateng berupaya menghalau sejumlah orang yang memaksa masuk ke area Stadion Jatidiri Semarang, Jawa Tengah, 17 Februari 2023. ANTARA FOTO/HO-Brimob Polda Jateng

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Ringkasan Berita

  • Awal masalah sebelum kericuhan meletus di luar Stadion Jatidiri, Semarang.

  • Keputusan pertandingan tanpa penonton dibuat dadakan.

  • Polisi kembali menggunakan gas air mata untuk membubarkan para suporter.

JAKARTA – Kericuhan di luar Stadion Jatidiri, Semarang, Jawa Tengah, pada Jumat lalu mendapat sorotan. Penggunaan gas air mata dalam menangani kelompok suporter sepak bola dinilai berlebihan. “Kerusuhan terjadi karena tiket sudah dijual,” kata pemerhati sepak bola Rossi Rahardjo, kemarin. “Kurang dua hari, baru muncul pemberitahuan bahwa pertandingan tanpa penonton.”

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Penonton yang sudah telanjur membeli tiket, kata Rossi, tentu saja kesal ketika datang ke stadion tapi tidak bisa masuk. Kondisi psikologis penonton itu seharusnya dipahami. Namun kepolisian justru bertindak represif dengan menembakkan gas air mata. “Untungnya chaos-nya tidak berakibat fatal,” katanya. “Kalau fatal, bisa terjadi lagi tragedi seperti di Kanjuruhan.”

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600



Pertandingan sepak bola di Stadion Jatidiri, Semarang, pada Jumat lalu mempertemukan klub tuan rumah PSIS Semarang melawan Persis Solo. Pertandingan lanjutan Liga 1 BRI ini sudah diagendakan, dan panitia melayani pembelian tiket penonton jauh-jauh hari. Namun pada 15 Februari 2023, dengan alasan keamanan, panitia memutuskan pertandingan digelar tanpa penonton. Keputusan itu diambil berdasarkan hasil pertemuan dengan manajemen klub dan kepolisian.   
 
Menurut Rossi, dalam setiap pertemuan antara PSIS dan Persis, selama ini tidak pernah terjadi bentrokan besar. Kalaupun ada kekhawatiran akan terjadi gesekan antarsuporter, lebih baik melarang salah satu kelompok untuk datang ketimbang melarang semua suporter. “Seperti pertandingan Persija dan Pesib. Itu lebih simpel,” kata Rossi. 

Linggar, anggota Panser Biru (sebutan untuk kelompok pendukung PSIS), mengatakan sudah meniatkan diri untuk menonton langsung laga PSIS melawan Persis. Ia membeli tiket di  Panser Biru Store, Stadion Citarum, Semarang, pada Rabu, 15 Februari 2023 siang. “Harganya Rp 75ribu,” kata pria 30 tahun itu. “Informasi (pertandingan) tanpa penonton baru muncul Rabu sore.” 

Informasi dadakan itu tak membuat Linggar membatalkan niat untuk datang ke Stadion Jatidiri pada Jumat lalu. Apalagi dia sudah mengantongi tiket. Ternyata ada ribuan suporter yang memiliki pemikiran serupa. Saat pertandingan dimulai pukul 15.00 WIB, suporter PSIS terkonsentrasi di pintu gerbang. Polisi membuat barikade untuk membendung massa. Adu kekuatan dengan saling dorong pun tak terelakkan. Situasi menjadi tidak terkendali karena polisi kalah jumlah. Karena semakin terdesak, dari dalam gerbang, polisi melepaskan gas air mata untuk membubarkan kerumunan.   

Personel Sat-Brimob Polda Jateng berupaya menghalau sejumlah orang yang memaksa masuk ke area Stadion Jatidiri, Semarang, Jawa Tengah, 17 Februari 2023. ANTARA/HO-Brimob Polda Jateng


Ketua Umum Panser Biru, Galih Eko Putranto, belum bisa dimintai tanggapan atas penjualan tiket pertandingan PSIS vs Persis itu. Ia tak menjawab telepon dan pesan instan yang dikirim Tempo. Sedangkan Wakil Ketua Panser Biru, Kepareng Wareng, secara tegas menyatakan tidak berkenan memberi tanggapan.

Plt Ketua Panitia Pelaksana Pertandingan PSIS Semarang, Pujianto, juga bersikap serupa.  Namun, pada keterangan tertulis 16 Februari 2023, Pujianto mengatakan keputusan itu didasarkan pada rekomendasi kepolisian. “Surat rekomendasi dari Polrestabes Semarang sudah keluar, disebutkan pertandingan tanpa penonton,” kata Pujianto.  

Kapolrestabes Semarang, Komisaris Besar Irwan Anwar, mengatakan keputusan pertandingan tanpa penonton itu diambil atas pertimbangan keamanan. Berdasarkan laporan intelijen, suporter PSIS ada kemungkinan bakal menyerang suporter Persis Solo selepas pertandingan. Sebab, pada pertandingan sebelumnya di Solo, suporter PSIS diserang oleh suporter Persis. Serangan itu memunculkan dendam bagi suporter PSIS. “Makanya, pembalasan akan dilakukan ketika suporter Persis Solo berkunjung ke Semarang,” katanya.

Pertimbangan lain, kata Irwan, pihak Persis Solo meminta penambahan penonton menjadi lebih dari seribu. Padahal kuota yang disediakan hanya seribu. Apalagi para suporter datang tidak diorganisasikan menggunakan bus, melainkan dengan sepeda motor. 

Untuk penggunaan gas air mata, Irwan mengklaim tindakan itu sudah sesuai dengan prosedur. Gas air mata juga dilepaskan di luar stadion. Langkah ini diambil karena sejumlah upaya untuk membubarkan massa telah dilakukan. “Sudah diingatkan secara lisan, kemudian menggunakan sound dan mobil pengurai massa, tetap tidak bisa,” kata Irwan. 

Ketua Umum PSSI Erick Thohir mengatakan sudah mendapat informasi tentang insiden yang terjadi di Stadion Jatidiri. Untuk mendapatkan gambaran utuh, Erick perlu berkomunikasi dengan aparat kemanan, panitia pelaksana, dan manajemen klub. Dia berjanji akan segera menginvestigasi insiden tersebut. ”Penegakan hukum, peraturan yang jelas itu yang harus kita lakukan,” kata Menteri Badan Usaha Milik Negara ini.

Tidak Belajar dari Tragedi Kanjuruhan

Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) mengecam penggunaan gas air mata di Stadion Jatidiri.  Koordinator Kontras, Fatia Maulidiyanti, menilai kepolisian diduga menggunakan kekuatan secara berlebihan (excessive use of force) dalam mengendalikan kericuhan. Seharusnya polisi mengupayakan tindakan lain yang tidak menggunakan gas air mata.

Berdasarkan Pasal 5 Perkapolri Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penggunaan Kekuatan, tindakan yang dapat dilakukan kepolisian dapat berupa kekuatan yang memiliki dampak pencegahan, perintah lisan, kendali tangan kosong lunak, kendali tangan kosong keras, hingga kendali senjata tumpul. “Secara bertahap, upaya-upaya tersebut semestinya dilakukan secara maksimal,” kata Fatia.

Menurut Fatia, penggunaan gas air mata berimplikasi pada orang-orang yang ada di sekitar lokasi. Sebab, Stadion Jatidiri dekat dengan permukiman penduduk.  “Terlebih lagi, diketahui gas air mata ternyata masuk ke dalam stadion yang mengakibatkan pertandingan sempat dihentikan,” katanya. “Kami menduga hal ini merupakan pelanggaran serius atas ketentuan FIFA tentang Stadium Safety and Security Regulation.”

Kontras menilai, kepolisian tidak benar-benar belajar dari tragedi Kanjuruhan pada 1 Oktober 2022. “Kami mempertanyakan keseriusan kepolisian yang ingin berbenah diri dalam melakukan pengamanan pertandingan olahraga,” kata Fatia.

HENDRIK YAPUTRA | ANT 
 


 

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Hendrik Yaputra

Hendrik Yaputra

Bergabung dengan Tempo pada 2023. Lulusan Universitas Negeri Jakarta ini banyak meliput isu pendidikan dan konflik agraria.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus