ISU pelarian modal ke RRC mencuat kembali ketika November lalu, di Hong Kong berlangsung Konvensi Pengusaha Cina Perantauan II, yang antara lain dihadiri sejumlah pengusaha Indonesia nonpribumi keturunan Cina. Sejumlah pengusaha nonpri seperti Liem Sioe Liong, Eka Tjipta Widjaja, dan Mochtar Riady sudah lama diketahui memang membuka perusahaan di RRC. Boleh jadi isu pelarian modal itu tak benar. Boleh jadi para pengusaha nonpri tadi bukan ingin membangun tanah leluhur, sekalipun ia berbisnis di Cina. Tapi bagaimanapun isu seperti ini tetap berkembang, dan senantiasa menjadi duri dalam pertumbuhan bangsa ini. Siapa pun tahu, Cina sekarang adalah lahan investasi yang menarik. Setelah reformasi ekonomi yang dilancarkan Deng Xiaoping, 14 tahun yang lalu, Negeri Tirai Bambu itu kini bak gula yang dikerubungi semut. Para investor asing bergerombol menyerbu, berebutan menanamkan modal. Itu tak aneh. Negeri itu dianggap masih perawan dalam investasi asing. Negeri dengan lebih dari satu miliar manusia itu adalah pasar yang tak kepalang tanggung bagi pedagang mana saja, termasuk dari Indonesia. Satu hal yang pasti, Cina segera tumbuh menjadi saingan yang akan menjungkalkan Indonesia: di segi meraih investor asing. Selain itu, Indonesia harus bersaing dengan Cina selain negara ASEAN seperti Singapura, Malaysia, dan Thailand dalam merebut pasar untuk produk ekspor. Belakangan, saingan baru muncul pula, yaitu Vietnam. Sejak 1986, kongres Partai Komunis Vietnam mencanangkan doi moi (renovasi ekonomi) dan kini negeri itu ramai pula dikerubungi investor asing. Nah, dalam soal berebut investor, semua pesaing dari utara itu tampaknya berada di atas angin. Antara lain karena mereka terutama Cina dan Vietnam menjanjikan sejumlah kemudahan yang lebih menarik. Dalam soal Cina, masalah yang dihadapi Indonesia boleh jadi lebih serius karena isu yang disebutkan di atas. Karena itulah Laporan Utama ini ditulis. Bagian pertama tentang gemuruhnya investasi asing di Cina, yang menjadikan negeri itu tumbuh begitu cepat. Di bagian ini ada sebuah boks: cerita tentang investasi yang dilakukan pemerintah Cina di Kalimantan dan Aceh. Lalu, di bagian kedua, kami sajikan hasil pengumpulan pendapat yang intinya mencari tahu sikap para pengusaha pribumi terhadap investasi yang dilakukan pengusaha Indonesia keturunan Cina di RRC. Bagian ketiga menceritakan gemuruh investasi asing di Vietnam, negeri yang dahulu terkenal karena jago berperang. Masih ada kendala di Vietnam. Pengusaha Amerika Serikat belum ikut menanamkan modal di sana karena urusan perang yang lalu. Cerita ini ditulis menjadi boks bagian ini. Bagian keempat berupa tentang cerita investasi di Malaysia dan Thailand. Dengan kemudahannya, ternyata Malaysia dapat menggaet investor baja dari Surabaya. Sebagai boks di bagian ini: wawancara khusus dengan Menteri Negara Penggerak Dana Investasi/Ketua BKPM (Badan Koordinasi Penanaman Modal) Sanyoto Sastrowardoyo.Amran Nasution
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini