Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Ponpes Al Zaytun yang Kontroversial, Berikut Asal-Muasal dan Fasilitasnya

Ponpes Al Zaytun berdiri di lahan super luas 1.200 hektar, terletak di Desa Mekar Jaya, Kecamatan Gantar, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat.

2 Juli 2023 | 19.59 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Masjid Al Zaytun. facebook.com

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Beberapa waktu belakang, Pondok Pesantren disingkat Ponpes Al Zaytun tengah hangat diperbincangkan oleh masyarakat. Pasalnya ponpes ini diduga telah menyebarkan ajaran yang tidak sesuai dengan syariat Islam.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Praktik yang membuat nama Al Zaytun mencuat hingga menimbulkan kontroversi adalah ketika pelaksanaan salat Idul Fitri 1444 Hijriah di mana saf jamaah laki-laki dan perempuan sejajar bahkan ada seorang jemaah perempuan yang berdiiri sendiri di depan para jemaah laki-laki. Selain itu, yang baru-baru ini viral di media sosial adalah nyanyian lagu Yahudi yang dikumandangkan oleh para santri.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sebenarnya, bagimana asal-usul Ponpes Al Zaytun? Dan di mana alamat lengkap serta fasilitas di dalamnya?

Sejarah Pendirian Ponpes Al Zaytun

Dilansir dari laman resmi Al Zaytun, ponpes ini pertama kali didirikan oleh Abdussalam Rasyidi Panji Gumilang pada 1 Juni 1993 atau bertepatan dengan 10 Dzulhijjah 1413 Hijriah. Pembangunan Al Zaytun dimulai pada 13 Agustus 1996 di atas tanah seluas 1.200 hektare yang berada di Desa Mekar Jaya, Kecamatan Gantar, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat.

Pada 1 Juli 1999, pembukaan awal pembelajaran di ponpes ini mulai dilaksanakan. Sedangkan peresmian secara umum baru dilakukan pada 27 Agustus 1999 oleh Presiden Indonesia ketiga, B.J Habibie.

Ponpes Al Zaytun dibangun di bawah Yayasan Pesantren Indonesia (YPI) dengan klaim milik umat Islam Indonesia dan bangsa lain di dunia, dan juga Al Zaytun mengklaim diri sebagai lembaga pendidikan yang timbul dari umat, oleh umat, dan diperuntukkan bagi umat, dengan motto "Mendidik dan membangun semata-mata hanya untuk beribadah kepada Allah".

Selain itu, ponpes itu pernah dinobatkan menjadi ponpes terbesar di Asia Tenggara oleh Washington Times pada tahun 2005. Dengan jumlah satri menjadi 10 ribu orang dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Serta sebaran santri tidak hanyanadari Indonesia, tetapi juga berasal dari mancanegara.

Dengan jumlah santri yang sangat banyak dan juga berasal dari berbagai negara, ponpes Al Zaytun yang berdiri di lahan super luas 1.200 hektar ini pastinya menyediakan fasilitas pembelajaran yang sangat mumpuni.

Mulai dari enam gedung pembelajaran yang masing-masingnya diberi nama Abu Bakar As Siddiq, Umar bin Khattab, Utsman Ibnu Affan, Ali bin Abi Thalib, Ir Soekarno, dan HM Soeharto.

Lalu juga terdapat masjid monumental yang bernama Masjid Rahmatan lil’Alamin. Masjid ini berlantai enam dengan luas 6,5 hektar dan mampu menmpung jamaah hingga 100 ribu orang. Tak ada warga Indramayu yang tak tahu ponpes ini.

Tersedia pula lima gedung asrama yang masing-masing diberi nama Asrama Al Musthofa, Asrama Al Fajr, Asrama Al Nur, Asrama Al Madani, dan Asrama Persahabatan.

Serta fasilitas pendidikan lain, seperti laboratorium, perpustakaan, ruang kesenian, gedung pertunjukan seni, wisma tamu, gedung serbaguna, hingga pelayanan kesehatan.

Itulah informasi seputar Ponpes Al Zaytun, pondok pesantren yang sarat kontroversi saat ini.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus