Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Proses habilitasi atau memperbaiki fungsi tertentu pada individu dengan disabilitas sensorik tuli atau rungu dan wicara bukanlah tidak dilakukan dengan sekali jalan. Dokter Spesialis Telinga Hidung Tenggorokan, Kepala, dan Leher, Fikri Mirza mengatakan habilitasi pendengaran atau komunikasi auditory verbal adalah proses panjang dari orang tua anak berkebutuhan khusus.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Ada tiga proses utama yang harus diperhatikan saat seorang anak tidak dapat melakukan komunikasi auditory verbal, yaitu input, processing, dan perkembangan bahasa," ujar Fikri Mirza dalam Talk Show The Power of Acceptanc yang diinisiasi Koneksi Indonesia Inklusif atau Konekin, Ahad 11 Oktober 2020.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Fikri, proses habilitasi pendengaran ini bukan sekadar memasang alat bantu dengar lalu membuat seorang anak yang lahir dengan disabilitas pendengaran dapat mendengar dan berbicara. "Ini bukan sekadar menyesuaikan desibel suara agar seorang anak dapat mendengar, ini sebuah proses panjang," kata Fikri.
Fikri memaparkan, sekitar 20 persen anak yang mengalami disabilitas pendengaran lantaran tidak memiliki organ pendengaran, 20 sampai 40 persen karena kelainan neurobehaviour atau proses seorang anak belajar bicara. Ada pula karena masalah tumbuh kembang.
Proses pengembalian fungsi mendengar pada anak dengan disabilitas rungu atau tuli membutuhkan komitmen menyeluruh. Mulai dari pemantauan fisiologi, neurobehaviour, tumbuh kembang, pendidikan hingga terapi auditory verbal. Pemasangan alat bantu pendengaran tidak serta-merta mewujudkan proses habilitasi pendengaran seorang anak bila tidak diikuti komitmen orang tuanya.
Hasil pemasangan alat bantu dengar pada proses habilitasi pendengaran anak berbeda beda karena setiap anak itu unik. "Salah kalau ada yang beranggapan, 'dok, alat yang dipakai sama, tapi kok hasilnya ke anak saya berbeda'," kata Fikri.