Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kepemimpinan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama atau PBNU saat ini dinilai kontroversial lantaran mencampuri urusan partai politik, terkhusus Partai Kebangkitan Bangsa atau PKB. Buntutnya, kelompok yang menamakan diri Presidium Penyelamat Organisasi dan Muktamar Luar Bisa Nahdlatul Ulama (PO & MLB NU) akan menggelar MLB Desember ini untuk merombak kepengurusan PBNU.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Terkini, Ketua Presidium PO & Muktamar Luar Biasa NU Abdussalam Shohib atau Gus Salam memastikan agenda Pramuktamar Luar Biasa NU siap dilaksanakan di Kota Surabaya, Jawa Timur, pada Desember 2024 ini. Meski mendapatkan sejumlah penolakan dari sejumlah pihak, agenda tersebut akan tetap dilaksanakan pada pekan kedua atau ketiga Desember.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Iya, InsyaAllah antara minggu kedua atau minggu ketiga Desember ini di Surabaya,” ungkap Gus Salam yang merupakan pengasuh Pondok Pesantren Mambaul Maarif Denanyar Jombang itu, kepada media, Ahad, 1 Desember 2024.
Gaung MLB PBNU muncul dari Presidium Penyelamat NU yang dikoordinir Abdussalam Shohib atau Gus Salam sejak September 2024. Menurut Gus Salam, MLB NU digagas para kiai NU yang kecewa dengan kepengurusan PBNU saat ini. Keresahan pengurus NU di tingkat bawah, kata dia, sejatinya dirasakan sejak sebelum menjelang Pemilu 2024.
Kekecewaan itu, menurut Abdussalam, antara lain karena adanya miss management dalam pengelolaan organisasi. Dimulai dari kasus Bendahara Umum atau Bendum PBNU yang divonis korupsi, politisasi satu abad NU oleh Menteri BUMN, hingga pemecatan dan pembekuan Pengurus Cabang dan Pengurus Wilayah (PCNU/PWNU) yang tidak sesuai prosedur organisasi.
“Pecah belah antar-pesantren dan warga NU,” kata sosok yang dipecat dari jabatan Wakil Ketua PWNU Jawa Timur ini.
Sampai salah satu puncaknya, tutur dia, intervensi PBNU kepada partai politik yang jelas dan kasat mata melanggar khittoh serta Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga (AD/ART). Apalagi, menurutnya, dengan melibatkan instrumen paramiliter organisasi yang sangat berbahaya dan berpotensi terjadinya clash di tingkat akar rumput. “Kalau ini dibiarkan sangat berbahaya,” kata Abdussalam.
Di sisi lain, Sekretaris Jenderal atau Sekjen PBNU Saifullah Yusuf tak ambil pusing merespons rencana muktamar luar biasa PBNU. Menteri Sosial yang baru saja dilantik Presiden Prabowo Subianto pada Oktober ini menyebut informasi dari Abdussalam hanya angan-angan yang tidak akan terwujud. Pihaknya mengklaim tidak ada dukungan dari PWNU maupun PCNU.
“Tidak ada itu. Dukungan ratusan PCNU dan PWNU tidak benar. Mereka hanya menyebar informasi bohong,” kata Saifullah kepada Tempo, Jumat, 20 September 2024.
Saifullah mengatakan sepanjang sejarah Nahlatul Ulama, belum pernah terjadi MLB. Menurut dia, inisiasi muktamar sebelum periode kepengurusan PBNU berakhir melihatkan ambisi perebutan kekuasaan oleh segelintir orang. Ia memastikan PBNU tidak akan merespons serius rencana tersebut.
“Dapat saya pastikan dukungan-dukungan yang telah diperoleh itu hanyalah klaim-klaim tanpa dasar,” kata dia.
Benarkah selama ini PBNU belum pernah menggelar MLB?
Dilansir dari NU Online, dalam AD NU hasil Muktamar Ke-33 di Jombang, Jawa Timur Bab IX Pasal 22 disebutkan bahwa ada empat Permusyawaratan tingkat nasional dalam Jamiyyah Nahdlatul Ulama. Permusyawarata tersebut adalah Muktamar, Muktamar Luar Biasa, Musyawarah Nasional Alim Ulama, dan Konferensi Besar.
“Dari keempat permusyawaratan ini, MLB yang tidak begitu populer. Hanya pada momen-momen penting dan krusial suara-suara tentang MLB dimunculkan,” tulis NU Online.
Mengacu pada ART NU pasal Pasal 73, MLB bisa diselenggarakan pada kondisi-kondisi tertentu dan krusial seperti apabila Rais ’Aam dan atau Ketua Umum Pengurus Besar melakukan pelanggaran berat terhadap ketentuan AD dan AET. MLB dapat diselenggarakan atas usulan sekurang-kurangnya 50 persen plus satu dari jumlah Wilayah dan Cabang.
Dalam Ensiklopedia Nahdlatul Ulama: Sejarah, Tokoh, dan Khazanah Pesantren oleh M. Imam Aziz dkk, disebutkan paling tidak ada dua contoh bagaimana usulan-usulan dan parktik MLB diadakan di lingkungan NU. Pertama adalah setelah Muktamar NU di Cipasung, Tasikmalaya, Jawa Barat, pada 1994 saat Abu Hasan kalah dari Abdurahman Wahid arau Gus Dur saat pemilihan Ketua Umum Tanfidziyah PBNU.
Abu Hasan kemudian pernah mengadakan MLB mengatasnamakan NU. Karena tidak didukung oleh mayoritas cabang-cabang ia sangat kesulitan andai tidak didukung oleh Presiden Soeharto. Namun berkat dukungan kekuasaan pada saat itu, Abu Hasan tetap menggelar MLB NU di Pondok Gede, Jakarta, pada Januari 1996. Tetapi, keabsahan cabang-cabang yang hadir dipertanyakan saat itu.
Dari MLB yang disebut sebagai MLB rekayasa versi Abu Hasan, yang didukung rezim kekuasaan saat itu, Abu Hasan kemudian membentuk KPPNU sebagai hasil MLB versinya. Organisasi yang bernama KPPNU ini mati dengan sendirinya. Ini karena KPPNU tidak didukung kiai-kiai NU, aktivis-aktivis NU, dan tidak diapresiasi Syuriyah dan warga NU.
Wacana kedua tentang MLB juga pernah disuarakan kelompok-kelompok kultural NU menjelang Muktamar NU di Boyolali, Jawa Tengah, pada 2004. Namun usulan ini hanya berhenti di tingkat usulan saja. Dalam praktiknya, MLB tidak dilaksanakan karena PB Syuriyah tidak mengagendakan dan tidak menjadikan MLB sebagai solusi untuk membenahi NU pada saat itu.
Dari dua kejadian ini, menurut NU Online, bahwa MLB tidak pernah dilaksanakan di lingkungan NU karena mekanisme musyawarah masih dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah yang ada. Meski begitu, sebagai aturan organisasi, MLB tetap diberi peluang untuk bisa dilaksanakan dengan persyaratan yang sangat ketat.
Hanaa Septiana dan Anastasya Lavenia Y berkontribusi dalam penulisan artikel ini.
Pilihan Editor: Awal Mula Muncul Dorongan Muktamar Luar Biasa PBNU