Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Sekolah Ditutup, Sekolah Dibaka

Ratusan siswa SPG/SGO Volunteer, Flores berang. Gedung sekolah dirusak dan dibakar. Kanwil P & K NTT tak memberikan izin operasional, di Kupang sudah ada SGO negeri. Ketua yayasan diamankan polisi.

7 Januari 1989 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SAMBIL menyembunyikan ketakutannya, Inosensius Indel masih mencoba bersikap tenang menghadapi hampir 500 anak didiknya yang tampak mulai beringas. Kepala sekolah SGO (Sekolah Guru Olahraga) Volunteer, Ruteng, Flores itu berusaha meredakan hati siswanya yang sudah mendidih. "Harap kalian bersabar, kita tunggu kedatangan ketua yayasan yang sedang memperjuangkan status sekolah," ujarnya. Namun, para siswa yang mencemaskan sekolahnya bakal ditutup itu sudah sulit dihibur. "Kami telah bosan, sudah kenyang dengan janji-janji," seru para siswa. Kanwil P dan K beberapa kali memperingatkan yayasan agar menutup SGO itu. Tanpa diduga, mereka menyerbu sekolah dengan lemparan batu, menghancurkan dinding dan jendela. Setelah itu, mereka para siswa calon guru itu -- laki-laki maupun perempuan kian kalap. Bangku dan papan tulis dikeluarkan, ditumpuk di halaman sekolah. Lantas, dinding kelas yang terbuat dari papan kayu pun dijebol dan ditumpuk bersama bangku-bangku. Dalam sekejap, bangunan itu tinggal kerangka, berdiri di atas tiang-tiangnya. Puas? Rupanya tidak. Seorang siswa rupanya sudah siap menggotong sejeriken minyak tanah. Lalu, "wuss . . .", api menyala melalap habis papan kayu kering itu. Alhasil, aksi yang terjadi pertengahan November itu menimbulkan kerugian sekitar R p40 juta. Sejak didirikan lima tahun lalu, SGO Volunteer memang sudah mememendam masalah. Kanwil P dan K Nusa Tenggara Timur, di Kupang, menolak memberikan izin operasional, kendati Bupati Manggarai Frans D. Burhan semula merekomendasikannya. Alasan penolakan, seperti disebut Frans, "Di Kupang sudah ada SGO Negeri." Frans ketika itu mendukung karena dua pertiga SD di Kabupaten Manggarai tak punya guru olahraga. Tapi Ketua Yayasan Volunteer, Agustinus Paer, tak peduli dengan nasib tak jelas itu. Tahun ajaran 1984-85 sekolah mulai menjaring siswa yang sebagian besar dari desa. Akhir tahun ajaran 1986-87 timbul masalah. Sekolah itu tak berhak menyelenggarakan ujian. Berkat bantuan Bupati Frans juga, para siswa bisa nebeng ujian di SGO Negeri Kupang. Hasilnya, 69 siswa dari 106 peserta ebtanas dari SGO Volunteer dinyatakan lulus. Tahun berikutnya, hasilnya lebih bagus: 130 siswa yang dikirim ke Kupang untuk ber-ebtanas 100% lulus. Tapi pihak Kanwil P dan K rupanya sudah habis kesabarannya. Sekolah itu akan segera ditutup. Ini bisa juga-dikaitkan dengan keputusan Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah 6 Juni 1987 perihal pembatasan SPG/SGO dan KPG. Bupati sendiri sudah tak punya alasan untuk membela sekolah itu. Dua kali lulusannya telah mencukupi kebutuhan wilayahnya. Posisi sulit itu mendorong Ketua Yayasan Agustinus Paer berangkat ke Kupang, akhir Oktober lalu, untuk "minta kebijaksanaan". Awal November, Agus mengirim telegram dari Kupang. Isinya: mengabarkan bahwa Gubernur mengijinkan siswa kelas 2 dan kelas 3 SGO Volunteer terus belajar hingga tamat. Hari itu juga para siswa SGO ramai-ramai mendatangi Kandep P & K Ruteng, sambil berteriak-teriak, "SGO menang ... SGO menang." Belakangan para siswa itu kecewa berat setelah tahu bahwa isi telegram itu hanya rekaan Agus, yang tak kunjung kembali ke Ruteng. Ini pula rupanya yang menyulut kemarahan para siswa yang dipungut bayaran Rp 5 ribu sebulan dan uang gedung Rp 10 ribu setahun itu. Setelah huru-hara itu, kini SGO Volunteer resmi ditutup. Agus, sejak datang ke Ruteng 9 Desember, langsung diamankan di tahanan Polres setempat. Sedangkan 15 siswa yang dianggap sebagai pemrakarsa, menurut Kapolres Manggarai J.P. Pehiadang, akan diproses sekadar untuk memberi pelajaran. Mungkin tidak diperkarakan ke meja hijau.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus