Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tangisan hujan sepanjang hari terhenti menjelang pentas "Rumahku Panggungku"?begitulah Asdar Muis R.M.S. melabeli rumahnya yang disulap bak galeri seni. Sabtu lalu, tepat 40 hari meninggalnya Asdar. Ia meninggal setelah menuntaskan pertunjukan "Melukis Bayi Laut" di Fort Rotterdam, saat pergantian malam 27 Oktober 2014.
Bagi almarhum, ruang waktu adalah sebuah panggung yang mesti terus diisi dalam bentuk pertunjukan. Karena alasan itu keluarga dan sejumlah kawan-kawan almarhum, selain menggelar pengajian Sabtu sore, menggelar pertunjukan di depan rumah pada malamnya.
Seperti biasa, pria kelahiran 13 Agustus 1963 ini selalu menjadi pemain utama di "Rumahku Panggungku". Malam itu, dia hadir dalam bentuk rekaman video yang membacakan esai dari buku Tuhan Masih Pidato berjudul "Kematian Itu Indah", yang direkam pada 2012. Esai ini ditulis pada 29 Desember 2006 akibat duka karena kehilangan ibunya, Rachmatiah Muis Sanusi.
Adik bungsu Asdar, Adnan Muis, berkisah setelah kematian sang ibu kakaknya, Asdar, bertindak sebagai ibu bagi adik-adiknya. Bahkan, setelah ayahnya meninggal 1985 lalu, Asdar bekerja keras untuk membantu ibunya agar adik-adiknya bisa menikmati pendidikan. "Asdar, tenanglah kau di sana. Sampaikan salam rinduku kepada ayah dan ibu," ucap Adnan yang berkolaborasi dengan Komunitas Sapi Berbunyi?komunitas yang didirikan almarhum.
Malam itu, Komunitas Sapi Berbunyi tak sekadar mengiringi Adnan. Ada pula pertunjukan olah tubuh dan tari, kolaborasi Agung Kordova, Simon Murad, dan Aswani. Mereka memilih bermain dengan rerumputan dan tanah becek di depan panggung, tempat Adnan dan pengiring musik dari Komunitas Sapi Berbunyi.
Sahabat Asdar, Andi Moch. Yayath Pangerang, bercerita tentang awal ketertarikannya kepada Asdar saat melihatnya di Gedung Kesenian Societeit de Harmonie Makassar. "Saya mendengar teriakan 'tembak', tak lama kemudian Asdar muncul tanpa baju. Saat itu, Asdar sedang membela para pedagang kaki lima di depan gedung yang akan digusur oleh Satuan Polisi Pamong Praja." Menurut Yayath, Asdar adalah orang baik yang punya komitmen besar kepada rakyat kecil.
Yayath juga berbagi cerita Asdar. Saat almarhum pertama kali mengikat hubungan dengan istrinya, Herlina. "Lina, kalau kau mencintai dan menyayangiku. Tolong jangan cabut cincin ini dari tanganmu," kata Asdar, sebelum merantau ke Jakarta. Sepulangnya dari Jakarta, Asdar mendapati jari manis calon istrinya hitam akibat cincin yang dipakaikan Asdar adalah hadiah permen.
Wali Kota Makassar Ramdhan Pomanto juga turut hadir. Menurut dia, karya-karya Asdar membuatnya tak pernah mati. Tak sekadar memberi sambutan, Danny?sapaan akrab Wali Kota?juga diminta untuk membacakan sajak Ahai (Garam Bukan Lipstik). Sajak yang dibacakan secara berantai ini mengiringi karya seni instalasi berjudul Tangan di Atas yang sedang dikerjakan Ahmad Anzul.
Pertunjukan Anzul dimulai dengan menebar beberapa lembaran koran bekas, dibentuk seperti jembatan. Lalui ia berjalan meniti jembatan koran itu, sambil menabur-naburkan garam ke muka dan kepalanya secara bergantian. Berjatuhan dan berceceran di koran. Garam itu bercampur huruf-huruf tentang Asdar Muis R.M.S. Juga ada perahu.
Anzul juga menumpahkan cat, kata dia, sebagai simbol kehadiran Asdar yang selalu memberi warna. "Tangan di atas katamu menjelang magrib/mengingatmu.../ merangkai huruf, memberi angka/ mengingatmu.../ laut, meja makan dan tanjung/ mengingatmu.../ ikhlas, tulus/ mengingatmu.../ tangan di atas dan Al-Fatihah." Itulah sepenggal bait sajak berjudul Kampung Garam #38, Tangan di Atas yang ditulis Anzul, 6 November lalu.
Kampung Garam, menurut Anzul, bisa subyek, obyek, ataupun area. Adapun tangan di atas sebagai yang akan dikenang. Anzul memberi judul Tangan di Atas karena sosok Asdar yang suka memberi. "Rumahnya ini terbuka 24 jam, orang bisa datang untuk diskusi, belajar, bahkan makan," ucap Anzul.
Jenex Koly, salah satu mantan mahasiswa Asdar, juga pernah dibantu untuk membayar uang kuliahnya. "Sampai sekarang saya belum bayar," kata dia.
Agenda Komunitas
-Diskusi Inspirasi BaKTI "Masyarakat Sejahtera, Hutan Lestari-Pembelajaran dari Kabupaten Kolaka Timur"
Tempat : Gedung BaKTI di Jalan Mappanyukki
Waktu : 9 Desember 2014
-Festival Sinema Prancis 2014
Tempat : Rumata' Art Space
Waktu : 12-13 Desember 2014
-Bonzer Goes to School
Tempat : SMA/SMK di Kota Makassar
Waktu : 13 Desember 2014
-Opera Pantun
Tempat : Universitas Hasanuddin
Waktu : 13 Desember 2014
-Kelas Craft Membuat Pernak-pernik Cantik dan Kantong Kresek
Tempat : Gedung BaKTI di Mappanyukki
Waktu : 19 Desember 2014
-Rock In Celebes
Tempat : Makassar
Waktu : 20-21 Desember 2014
-Bedah Buku "Gerakan Literasi: Mencerdaskan Negeri"
Tempat : Hotel Training Centre Lt 7, Kampus 1 UIN Alauddin
Waktu : 21 Desember 2014
-Lovely December
Tempat : Toraja
Waktu : 27 Desember 2014
Infokan agenda kampus, budaya, dan kegiatan komunitas Anda ke nomor ponsel 0813-5536-9005 atau alamat surel [email protected].
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo