Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Co Capten Timnas Anies-Cak Imin (Amin) Thomas Trikasih Lembong alias Tom Lembong menanggapi ihwal gerakan jari yang disebut sinyal kolaborasi kubu 01 dan 03. Saat ini, salam 4 jari ramai diperbincangkan. Gerakan empat jari ini disebut sebagai gerakan yang bertujuan mencegah Prabowo-Gibran memenangkan Pilpres 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tom Lembong menilai gerakan ini hanya sebagai bentuk ekpresi rakyat terhadap dinamika saat ini. "Saya bisa menyampaikan bahwa kita selalu gembira melihat ekspresi masyarakat jadi kebebasan berekspresi," kata dia saat ditemui di Sekretariat Perubahan Timnas Anies-Cak Imin (Amin), Diponegoro X, Senin, 29 Januari 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dari pantauan Tempo, gerakan Salam 4 Jari ini berawal dari unggahan akun @johnmuhammad_. Dalam foto pertama yang diunggahnya, terdapat gambar berupa lambang 4 jari dengan kalimat “FOUR FINGERS, Ekspresi Pilihan Bukan Prabowo-Gibran”. Foto tersebut dibubuhi tagar #SatuTigaTambahKita, #HadangPemiluCurang, #SelamatkanDemokrasi.
Tom Lembong sendiri tak ingin lebih jauh memaknai keberadaan salam 4 jari itu. Menurut dia, hal itu adalah bagian ekpresi masyarakat yang merupakan hal penting. "Itu sangat fundamental bagi kami," kata dia seraya menyebut merasa kagum dengan ide-ide yang muncul dari masyarakat.
Menanggapi salam 4 jari itu, Dewan Penasihat Tim Pemenangan Nasional atau TPN Ganjar-Mahfud, Yenny Wahid mengatakan perbedaan ideologi yang melekat pada pasangan capres-cawapres nomor urut 03 Ganjar-Mahfud dan nomor urut 01 Anies-Muhaimin menjadi penyebab belum dibukanya pembicaraan formal soal gerakan Salam 4 Jari. “Ya mungkin dianggap lebih sektarian (Anies-Muhaimin) lebih mementingkan identitas politik berbasis agama, sementara di 03 basis nasionalisme. Karena itulah pada titik ini kami belum buka pembicaraan formal,” katanya di Gelora Bung Karno Press Conference Room, Jakarta Pusat pada Senin, 29 Januari 2024.
Kendati demikian, Yenny menyadari adanya titik temu perbedaan ideologi itu di antara para pendukung Anies-Muhaimin dan Ganjar-Mahfud. “Bukan tim resmi, memang ada komunikasi-komunikasi dan titik temunya adalah keinginan untuk memperkuat prinsip-prinsip demokrasi dalam Pilpres. Harus ditegakkan, harus didorong secara bersama-sama, jangan sampai ada intimidasi,” ujar anak Presiden ke-4 Indonesia itu.