MASUK ke rumah putih di Jalan Diponegoro 29 pekan lalu tak
segampang sebelumnya. Ada gardu jaga baru melengkapi ruang
penjagaan yang lama. Ada pula 25 pengawal Marinir yang bertugas
siang-malam di sana. Sebelum bisa masuk, orang harus melapor
dulu untuk mengisi buku tamu dengan meninggalkan tanda pengenal.
Dan para tamu lalu diantar langsung oleh pengawal masuk rumah.
Barangkali itu sebabnya Adam Malik, si empunya rumah, merasa
seperti "tawanan ", Seperti dikatakannya berulang-ulang.
"Jabatan Wakil Presiden ini akan membatasi kebebasan saya. Saya
seperti tawanan saja, tak lagi bisa makan di pinggir jalan.
Saudara-saudara wartawan lebih beruntung tidak menjadi Presiden
atau Wakil Presiden."
Adam Malik tentu bergurau. Sebab bekas wartawan ini toh nampak
senang jadi orang no. 2 di Republik Indonesia kini. Tapi gurauan
itu pula agaknya yang mencerminkan kepribadian orang Indonesia
ketiga yang kini menjabat Wapres: tangkas bicara, yang menurut
para pengritiknya, cenderung terlalu cepat memberi komentar.
Meskipun begitu bicaranya selalu bisa menyenangkan orang yang
diajak ngomong, siapa saja, baik itu dari pemerintah atau dari
lawan pemerintah. Ia adalah diplomat dengan instink yang baik --
dan nasib yang lebih baik lagi.
Jabatannya yang baru membuktikan itu. Dan kini Ny. Sum Subyanto,
sekretaris pribadi Adam Malik selama 14 tahun, menjadi salah
seorang yang paling repot di Indonesia. Rumah di jalan
Diponegoro 29, rumah resmi Menlu yang kini menjadi rumah resmi
Wapres, tampaknya tidak cukup luas untuk menampung segala macam
"embel-embel" protokoler yang mengiringi jabatan Wapres.
Selama ini hanya ada dua kamar mandi di rumah itu. Tiba-tiba
saja 25 pengawal yang tergabung dalam Pasukan Pengawal
Kepresidenan ditempatkan di sana. Belum lagi ruangan kerja bagi
staf pribadi yang mesti disiapkan. Halaman rumah yang terbilang
sempit jelas tidak bisa memuat mobil-mobil yang harus diparkir
termasuk mobil Lincoln B-2 yang kini menjadi mobil resmi Wapres.
Motorboat yang biasanya tergolek di samping rumah kini sudah
dipindahkan, sedang truk yang biasanya parkir di samping kiri
rumah juga sudah tak kelihatan.
Yang jelas, "korban" pertama dari jabatan Wapres Adam Malik
adalah salah satu puteranya yang sudah berkeluarga terpaksa
pindah dari Diponegoro 29. "Payah nih, biasanya kalau orang
dipaksa pindah rumah dapat uang pesangon, kita ini tidak dapat,"
gurau Imron Malik pada TEMPO pekan lalu.
Rumah Adam Malik memang tampak lebih semarak sekarang. Sehari
setelah dilantik sebagai Wakil Presiden tak kurang dari 250
karangan bunga dari yang paling kecil sampai yang besar berkaki
bambu--hadir di ruang tamu besar. Di sebuah meja panjang, tempat
Adam Malik biasa memeriksa pekerjaan kantornya, ada dua kue
tarcis segede tas ekolak. "Untuk ucapan selamat," kata Marlisa,
ajudan Adam Malik.
Ucapan selamat juga mengalir dalam bentuk surat dan kawat. Ada
keponakan yang mengucapkan selamat kepada "mamak". Ada
organisasi yang tidak mau ketinggalan dalam arus ini. Juga dari
pelukis Amri Yahya, yang mengetok kawat dari Yogya.
Para tamu pun berdatangan. Pekan lalu misalnya, sehari sebelum
Adam Malik dilantik, beberapa rektor perguruan tinggi, antara
lain dari IPB, UI dan Ketua Rektorium ITB, Dr. Sudjana Sapi'ie
tampak muncul di Diponegoro 29. Prof Dr. AM Satari, Rektor IPB
dan Prof. Dr. Mahar Mardjono, Rektor UI tampak bicara serius
dengan Adam Malik. Mungkin itu rintisan pertama dari tugas
Wapres Adam Malik menjembatani hubungan pemerintah dengan kampus
yang belakangan ini "terganggu". Adam Malik sendiri belum
bersedia memastikan kapan ia akan mengunjungi kampus-kampus.
"Saya belum mendapat tugas untuk itu," katanya kepada TEMPO
Tapi apa tugas penting pak Adam sebagai Wakil Presiden?
Yang penting sekarang adalah image pemerintah. Bagaimana
mengembalikan dan menambah kepercayaan rakyat pada pemerintah.
Bahwa pemerintah sekarang lain dengan sebelumnya. Bahwa rakyat
tidak hanya membaca saja segala sesuatu tentang kemakmuran,
tapi bisa turut merasakan. Kalau rakyat benar-benar bisa
merasakan, baru bisa didukung.
Apakah nanti ada pembagian tugas antara Presiden dengan Wapres?
Kita lihat saja nanti. Tapi saya 'kan tak ingin jadi 'stempel'.
Perobahan apa saja yang akan dilakukan pemerintah?
Banyak. Tapi kalau saya kemukakan sekarang, itu namanya
membuka rahasia. (tertawa)
Seperti biasa, ia pandai mengelak pertanyaan. Sekalipun kali ini
ia tampak belum mau bicara banyak. Tapi tampakya, ia tak akan
meneruskan tugas yang sebelumnya dilimpahkan kepada Sultan
Hamengkubuwono: mengkoordinir para Irjenbang. Beberapa pengamat
beranggapan antara Presiden dengan Wakil Presiden sekarang
merupakan kombinasi yang tepat. Kalau Presiden jarang bicara,
maka pemerintah tentu bisa memanfaatkan kebolehan Malik untuk
ngomong dengan siapa saja, termasuk dengan mahasiswa .
Dalam pidato sumpah jabatan Wakil Presiden, Adam Malik
menyatakan "sanggup dan bersedia" menjadi Pembantu Presiden.
"Saya sadar bahwa jabatan Wakil Presiden sesuai dengan makna
yang terkandung dalam UUD-45 merupakan Pembantu Presiden dalam
melakukan tugas kewajibannya. Saya sebagai Wakil Presiden
bertekad akan menjadi pembantu dari Saudara Presiden yang
sebaik-baiknya dan semua tugas maupun pembidangan tugas yang
akan diberikan beliau kepada saya, akan saya laksanakan dengan
sungguh-sungguh, selurus-lurusnya dan seikhlas-ikhlasnya .... "
Dalam usia mendekati 61 tahun, ia sendiri tadinya tak menyangka
akan terpilih meneruskan jabatan Sri Sultan.Bahkan beberapa
waktu lalu, ketika berkunjung ke tempat kediaman Sultan adalah
tokoh yang dihormatinya itu yang ia anggap pantas meneruskan
jabatan Wapres. Seperti kata Malik dalam pidato sumpah
jabatannya: "Beberapa waktu yang lalu saya pribadi tidak pernah
memikirkan, tidak pernah menggambarkan, apalagi merencanakan
untuk sampai pada tingkat jabatan kepercayaan rakyat dan negara
setinggi ini, karena kami tetap beranggapan bahwa Saudara Sri
Sultan Hamengkubuwono IX-lah yang setepatnya menduduki jabatan
ini."
Maka ketika ia "dilamar" oleh pimpinan DPP-DPP/Fraksi-fraksi
Parpol, Golkar, ABRI dan Utusan Daerah, Adam Malik menyatakan
bersedia dicalonkan sebagai Wapres "hanya dengan izin dan
palilah beliau."
Seminggu sudah Adam Malik kini jadi Wakil Presiden RI. Tak
kurang dari 15 pengawal mengiringinya setiap kali ia keluar
rumah. Ia tak berkantor di Jalan Merdeka Selatan, tempat Sri
Sultan.
Tapi di Istana Negara, bersebelahan dengan Bina Graha, di Jalan
Veteran, kantor Presiden Soeharto. Dan April ini kesibukan Adam
Malik pasti meningkat. Sebagai Wapres untuk pertama kali ia akan
menjadi tuan rumah ketika itu. Tamunya: Walter Mondale, Wapres
Amerika Serikat.
Akan halnya kursi Malik sebagai ketua DPR sudah diputuskan baru
akan diisi bulan Mei mendatang. Alasannya adalah untuk mencegah
kemungkinan perpecahan dalam PPP yang kabarnya telah ditawari
kursi itu sejak bulan lalu. Pihak PPP sendiri mula-mula menolak
jabatan itu yang dihubungkan dengan sikap mereka menolak
menyetujui beberapa Rantap MPR.
Sebab jika sang ketua datang dari PPP mungkin secara moril ia
dianggap ikut bertanggungjawab karena sebagai ketua ia harus
ikut menandatangani TAP-TAP tersebut. Tapi jika jabatan itu
diisi bulan Mei, berarti MPR telah lama usai dan jadilah jabatan
itu hanya sebagai ketua DPR saja. Itu mungkin bisa diterima di
kalangan PPP. PDI? Konon sebagai imbangan kursi ketua DPR untuk
PPP, PDI akan "mewarisi" kursi ketua DPA yang segera akan
dilepaskan oleh Wilopo. Penggantinya Mungkin sekali Sanusi
Hardjadinata, Ketua Umum DPP PDI.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini