Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tak ada yang istimewa dari rumah di Jalan Gandaria Tengah II Nomor 18, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, itu. Di depan rumah dua lantai itu hanya ada spanduk bertulisan "Pergerakan Indonesia". Di halaman depan ada kedai kopi kecil yang diberi nama Kedai Daya Rasa. "Ini sudah lumayan, kata Faisal Basri Batubara, Selasa dua pekan lalu. "Rumah ini baru saja dicat dan dibersihkan karena sudah mulai banyak tamu yang datang." Di lantai satu ada ruang 5 x 5 meter beralas karpet merah.
Di rumah itu para pendukung Faisal, yang ingin maju sebagai Gubernur DKI Jakarta, berkumpul. Kantor Pergerakan Indonesia dijadikan sekretariat Keluarga Besar Pendukung Faisal Basri. Dalam organisasi yang didirikan pada 2005 itu Faisal menjabat ketua dewan pertimbangan nasional.
Pada 15 Juli lalu, Faisal mendeklarasikan diri sebagai calon Gubernur DKI Jakarta. Ia maju sebagai calon independen alias tak diusung partai mana pun. Tanpa partai, Faisal juga tak disokong dana yang besar. Kantor pendukung bekas Sekretaris Jenderal Partai Amanat Nasional itu teramat sederhana. Air minum disajikan dari dispenser tanpa listrik. "Saya tawarkan untuk diganti, tapi menurut teman-teman tidak perlu, karena listriknya akan mahal," kata Faisal.
Di sebuah ruangan terdapat komputer plus printer yang dipakai untuk pendataan dan pencetakan formulir. Komputer itu disumbangkan oleh seÂorang simpatisan. Syahdan, seorang pria 63 tahun datang ke kantor itu dan tergerak menyumbang. Berbekal uang Rp 4 juta, komputer bekas miliknya ia bawa ke tempat reparasi komputer untuk ditingkatkan kapasitasnya. "Agar bisa dipakai menyimpan data yang lebih besar," kata simpatisan yang enggan disebut namanya itu.
Roda organisasi pendukung Faisal Basri dijalankan oleh dana yang dikumpulkan dari urunan. Tiga akun di Bank Mandiri, Bank BNI, dan BCA dibuka untuk menampungnya.
Sumbangan perorangan dibatasi paling banyak Rp 50 juta. Sumbangan perusahaan atau badan hukum dibatasi Rp 350 juta. "Yang menyumbang Rp 10 ribu juga ada," kata Faisal. Kondisi keuangan dilaporkan melalui situs www.faisal-basri.com. Hingga Kamis pekan lalu, jumlah donasi untuk mendukung Faisal sudah mencapai Rp 100 juta.
Situs resmi untuk pencalonan Faisal ini dikerjakan secara sukarela. Faisal bahkan tak tahu siapa yang membuat situs itu. "Tiba-tiba saja minggu lalu sudah ada website-nya," katanya. Ia mengaku tak membayar sepeser pun untuk pengelolaan situs itu. "Bayar server pun tidak," katanya.
Pada 2007, Faisal sempat berniat maju sebagai gubernur. Ketika itu ia beserta beberapa kandidat lain, di antaranya aktor Rano Karno, digadang-gadang oleh PDI Perjuangan. Belakangan, PDIP menyokong pasangan Fauzi Bowo-Prijanto sebagai calon gubernur dan wakil gubernur. Keduanya menang dan menjabat hingga kini. Pada 2007 Faisal mengumpulkan uang Rp 2 miliar dari sejumlah simpatisan. "Akhirnya bersisa Rp 350 juta setelah saya tak terpilih," katanya.
Jalur independen, menurut Faisal, merupakan jalan alternatif selain jalur partai politik. "Calon independen akan hadir kalau calon dari partai politik teramat busuk," kata Faisal. Namun ekonom Universitas Indonesia itu sadar peluang calon independen sangat kecil. "Di Amerika Serikat pun begitu," katanya.
Faisal kini masih berjibaku mengumpulkan 400 ribu kartu tanda penduduk dan surat pernyataan dukungan—representasi dari empat persen penduduk Jakarta. Hingga kini sudah terkumpul 15 ribu KTP. "Target kami, pada Desember nanti jumlah itu terpenuhi," kata manajer tim kampanye Tatang Jatmiko.
Fanny Febiana
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo