Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

<font face=arial size=1 color=#FF9900>Rencana Pembunuhan Petinggi KPK</font><br />Persekongkolan di Ujung Telepon

Dua orang dekat Nazaruddin diduga berencana membunuh Chandra M. Hamzah dan Ade Rahardja. Mengklaim disetujui sang tersangka.

22 Agustus 2011 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Rencana persekongkolan melalui telepon seluler itu tertangkap alat penyadap Komisi Pemberantasan Korupsi pada Mei lalu. Dua orang pria berbincang serius. "Ini yang membuat bos kita susah. Biang keroknya itu Chandra dan Ade, kita bunuh saja," satu dari dua pria itu berkata. Lalu pembicaraan berlanjut. "Siapkan dananya. Bos setuju, kita jalankan: paling Rp 5 miliar."

Seorang penyelidik menyatakan dua pria yang tidak menyadari pembicaraan mereka dipantau itu adalah Albert Panggabean dan Herbert Sitorus. Albert, akrab dipanggil Alpang, mendominasi percakapan. Dialah yang melontarkan usul membunuh Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Chandra M. Hamzah dan Ade Rahardja—ketika itu deputi penindakan di lembaga yang sama. Pada saat itu, pengusutan perkara suap wisma atlet SEA Games XXVI di Palembang mulai menyeret Nazaruddin.

Rekaman pembicaraan dua pria itu diputar di depan Komite Etik Komisi Pemberantasan Korupsi pada Senin pekan lalu. Komite ini dibentuk untuk menyelidiki pernyataan Muhammad Nazaruddin, tersangka perkara suap proyek wisma atlet, yang menuduh Chandra dan Ade menjerumuskannya. Ketua Komite Etik KPK Abdullah Hehamahua tak bersedia menerangkan isi rekaman secara detail. Ia juga enggan menjelaskan mereka yang berbicara melalui telepon itu. "Pokoknya ada usaha pembunuhan," katanya. Chandra dan Ade ketika dihubungi pekan lalu menolak berkomentar.

Siapa Albert Panggabean? Kamaruddin Simanjuntak, kuasa hukum Daniel Sinambela, mitra bisnis Nazaruddin yang kemudian pecah kongsi, memastikan pria kelahiran Sibolga, Sumatera Utara, 57 tahun lalu itu anak buah Nazaruddin. Menurut dia, Albert merupakan pengacara yang acap dipakai mantan Bendahara Umum Partai Demokrat itu untuk menekan lawan bisnis. "Dia itu spesialis perkara-perkara keras," ujarnya.

Kamaruddin, yang juga pernah menjadi pengacara Mindo Rosalina Manulang, anak buah Nazar tersangka suap wisma atlet, mengatakan memiliki bukti kedekatan Albert dengan Nazaruddin. Menurut dia, Albert pernah diperintahkan Nazaruddin menagih uang pengembalian pembelian tambang batu bara milik Daniel. "Ada bukti surat perjanjian yang diteken Albert," katanya.

Sebagai wakil Nazar, menurut Kamaruddin, Albert menerima lima lembar cek senilai Rp 5 miliar dari Daniel. Setelah itu, ia berjanji Nazaruddin akan mencabut pengaduan dugaan penipuan oleh Daniel di Kepolisian Daerah Metro Jaya. Namun, Kamaruddin melanjutkan, sampai batas waktu yang disepakati, pengaduan tak kunjung dicabut. "Saya lalu melaporkan Albert ke polisi dengan tuduhan penipuan," ujarnya.

Peran Albert sebetulnya sudah diketahui penyidik KPK ketika menggeledah kantor Nazaruddin di Gedung Tower Permai, Warung Buncit, Jakarta Selatan, beberapa jam setelah Mindo Rosalina ditangkap pada 22 April lalu. Tiga penyidik yang ingin menyita dokumen di kantor itu dicegah Albert dan sejumlah rekannya. Akibatnya, terjadi bentrokan fisik. Mendapat perlawanan, Albert memilih mundur dan membiarkan penyidik KPK masuk.

Sumber Tempo di kepolisian mengatakan, selain dekat dengan Nazaruddin, Albert dikenal sebagai orang yang disegani di Pelabuhan Tanjung Priok. Menurut dia, aktivis Lumbung Informasi Rakyat ini juga menjadi tangan kanan Nurdian Cuaca alias Pardin, pengusaha yang menjadi buron Interpol karena diduga terlibat perkara penipuan reekspor 30 kontainer BlackBerry dan minuman keras. Otto Cornelis Kaligis, pengacara Nazaruddin, mengatakan tidak pernah mengenal Albert dan Nurdian.

Ihwal kedekatan Albert dengan Nazaruddin bermula dari sebuah kasus hukum. Albert, yang waktu itu menjadi pengacara Herman Heri, kini anggota Komisi Hukum Dewan Perwakilan Rakyat, melaporkan Nazaruddin ke Polda Metro Jaya. Tuduhannya: memalsukan dokumen jaminan bank dalam tender di Kementerian Kelautan dan Perikanan. Walhasil, Nazaruddin sempat menginap semalam di rumah tahanan Polda Metro Jaya. Selepas itu, keduanya malah berkongsi. Albert dipercaya mengurus persoalan hukum perusahaan-perusahaan Nazar.

Sejak namanya mulai disebut-sebut dalam rencana pembunuhan Chandra dan Ade, Albert menghilang. Sejak 18 Juli, dia masuk daftar pencegahan ke luar negeri yang dikeluarkan KPK. Tempo menyambangi rumah Albert di daerah Kaveling Bulak Klender, Jakarta Timur. Namun tak seorang pun keluar dari rumah berlantai dua itu. Seorang tetangganya mengatakan Albert jarang kelihatan. "Sudah lebih dari sebulan," ujarnya.

Setri Yasra, Anton Septian

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus