Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Agama (Kemenag) menetapkan 1 Muharram 1446 Hijriah jatuh pada Ahad, 7 Juli 2024. Dilansir dari laman resmi Kemenag, penentuan itu berdasarkan peredaran bulan dan lebih pendek sekitar 10-12 hari dibandingkan dengan tahun matahari. Di mana, pergantian tanggal ditandai dengan terbenamnya matahari.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kemenag melihat, saat terbenamnya matahari pada Sabtu, 6 Juli 2024, ketinggian hilal di Indonesia berkisar antara antara 3,06 derajat di Merauke sampai 5,84 derajat di Sabang. Sedangkan elongasinya berkisar antara 6,91 derajat di Merauke sampai 8,17 derajat di Sabang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah atau Urais dan Binsyar Kemenag, Adib, mengatakan pemerintah menggunakan kriteria Imkanur Rukyat MABIMS. “Berdasarkan tinggi hilal 3 derajat dan sudut elongasi 6,4 derajat yang diukur atau ditentukan di seluruh wilayah Indonesia,” ucapnya dikutip dari laman resmi Kemenag, Ahad, 7 Juli 2024.
Adib menjelaskan terdapat tiga metode yang dianut oleh masyarakat Indonesia dalam menetapkan awal bulan kamariah, yaitu rukyatul hilal, wujudul hilal, dan imkanur rukyat. Namun, perbedaan metode itu, kata dia, tak perlu diperdebatkan. “Karena memang mekanisme penentuannya berbeda dan kalendernya sebetulnya sama,” ucapnya.
Penetapan Awal Bulan Hijriah oleh Muhammadiyah
Muhammadiyah menetapkan awal bulan hijriah pada Ahad, 7 Juli 2024. Penetapan itu menggunakan kalender Hijriah Global Tunggal atau KHGT. Alat itu diklaim menggunakan kriteria astronomi yang jelas. Di mana, awal bulan baru ditentukan oleh beberapa parameter utama, yakni rukyat dan konjungsi.
Melansir dari laman resmi Muhammadiyah, organisasi islam itu menggunakan perhitungan astronomis. Di mana, konjungsi bulan terjadi pada Jumat, 5 Juli 2024 pukul 22.57.19 Greenwich (GMT).
Selanjutnya, imkan rukyat atau kemungkinan terlihatnya bulan sabit pertama terjadi pada Sabtu, 6 Juli 2024 pukul 11.30.38 GMT dengan tinggi bulan sekitar 6 derajat dan elongasi 8 derajat. Berdasarkan kriteria KHGT, kondisi itu sudah memenuhi syarat untuk menetapkan awal bulan Muharram 1446 H yang jatuh pada Ahad, 7 Juli 2024.
Imkan rukyat adalah kemungkinan terlihatnya bulan sabit pertama setelah terjadinya konjungsi atau ijtimak. KHGT menilai imkan rukyat terjadi ketika tinggi bulan minimal 5 derajat dan elongasi minimal 8 derajat saat matahari terbenam di belahan bumi manapun. Konjungsi harus terjadi sebelum pukul 12.00 malam GMT untuk dapat menentukan awal bulan yang baru, pada hari berikutnya.
Jika syarat di atas tidak terpenuhi, maka bulan baru tetap bisa dimulai dengan syarat konjungsi tersebut terjadi sebelum fajar di New Zealand dan telah imkan rukyat di daratan benua Amerika atau kawasan lain di luar benua Amerika. Apabila tidak ada kawasan yang memenuhi imkan rukyat pada hari konjungsi, bulan baru akan dimulai lusa setelah hari konjungsi.
Penetapan Awal Bulan Hijriah oleh Nahdlatul Ulama
Lembaga Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama atau LF PBNU menetapkan awal bulan Muharram 1446 Hijriah jatuh pada Senin, 8 Juli 2024. Keputusan itu termaktub pada Pengumuman Nomor: 045l6/LF–PBNU/VII/2024.
NU menggunakan dasar pada hasil istikmal. Di mana, mereka telah menyelenggarakan rukyatul hilal pada Sabtu, 6 Juli 2024. “Laporan lokasi yang menyelenggarakan rukyatul hilal pada saat ini terlampir. Semua lokasi tidak melihat hilal," tulis pengumuman tersebut, dikutip pada Ahad, 7 Juli 2024.
Wakil Sekretaris LF PBNU, Muhammad Ma’rufin Sudibyo menjelaskan jika hilal terlihat dan sahih maka penetapan 1 Muharram 1446 H akan jatuh pada Ahad, 7 Juli 2024. Jika tidak terlihat hilal pada kemarin Sabtu, maka umur bulan Dzulhijjah akan digenapkan 30 hari.
Berdasarkan laporan pada hari Minggu, petugas tidak mendapati hilal di lokasi maka NU menetapkan tahun baru islam dimulai pada Senin, 8 Juli 2024. “Parameter hilal di seluruh Indonesia pada saat itu (Sabtu) menunjukkan tinggi hilal mar'i +2 derajat 56 menit hingga +5 derajat 33 menit, dan elongasi hilal haqiqi 6 derajat 54 menit hingga 8 derajat 9 menit,” kata dia dikutip dari laman resmi NU, pada Ahad, 7 Juli 2024.
Ma’rufin menjelaskan istikmal tetap bisa dilakukan jika merujuk pada keputusan Muktamar Lampung 2021. Ia melihat kedudukan hilal di Indonesia telah memenuhi imkan rukyah, tapi belum mencapai qath’iy rukyah.