Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Bonek Surabaya Lawan Terorisme, Spanduk Jancuk Bertebaran

Tiap kelompok pendukung Persebaya Surabaya mengekspresikan kemarahan terhadap terorisme dengan berbagai kalimat. Ada yang heroik, ada pula makian.

18 Mei 2018 | 09.12 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Polisi berjaga saat berlangsung penggeledahan di rumah terduga teroris di kawasan Dukuh Pakis, Surabaya, 17 Mei 2018. Rumah tersebut merupakan tempat tinggal orang tua Ilham Fauzan yang ditembak Densus 88 di Sidoarjo, 14 Mei lalu. ANTARA/Zabur Karuru

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Surabaya - Situasi Surabaya berangsur pulih dari sasaran aksi terorisme. Tapi warga masih marah setelah bom meledak di tiga gereja, Ahad dan Senin lalu, 13-14 Mei 2018. Amarah itu terekam di kain rentang berwarna putih tergantung dari atas jembatan tol Banyu Urip, kawasan Simo yang juga kantong Bonek—sebutan bagi supporter Persebaya.

Tak hanya satu, tapi enam lembar sekaligus dengan goresan tangan bertuliskan kata-kata makian. “Fuck Terrorism.” “Teroris Jancuk! Kutunggu kau di pintu neraka.” “Kami tidak takut. Kami titisan para pejuang!” dan masih banyak lagi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Di pusat kota bertebaran spanduk dengan nada serupa. Di ujung jalan sebelum memasuki bekas lokalisasi terbesar, Dolly, spanduk bertuliskan tangan juga terpajang. “Bersatu kita kuat. Bersama kita hebat. #Terorisjancok. Kebanyakan spanduk digantung di ketinggian yang terlihat mata; baik dari atas jembatan layang maupun tol.

Pentolan Bonek Surabaya, Andie Pecie mengatakan memang sempat ada imbauan untuk memasang spanduk-spanduk itu. Imbauan direspon melalui grup WhatsApp Arek Bonek 1927. “Kami awalnya menyepakati dua jenis tagar; #SurabayaWani dan #KamiTidakTakut,” ujarnya saat dihubungi Tempo, Rabu, 13 Mei 2018.

Namun, tiap kelompok pendukung Persebaya itu mengekspresikan kemarahan dengan berbagai kalimat. Ada yang heroik, ada pula makian. “Ya tidak apa, karena memang begitulah kultur arek-arek Suroboyo,” kata Andie.

Bonek, kata Andie, melontarkan makian sebagai bentuk ekspresi kebenciannya terhadap terorisme. Dalam keseharian, makian ‘jancuk’ bisa berarti dua; simbol keakraban dan umpatan luapan kemarahan. “Kami memang tidak terbiasa basa-basi. Toh juga situasinya memaksa kami, Bonek untuk merespon tidak basa-basi. Jadi ini maknanya marah beneran.”

Baca: Densus 88 Tangkap 13 Anggota yang Diduga Teroris JAD

Sejak peristiwa pengeboman 3 gereja pada Ahad, 13 Mei 2018 hingga hari ini, pendukung Persebaya berkomitmen turut menjaga keamanan di lingkungan masing-masing. Bonek yang tersebar di kampung tiap kecamatan di Kota Pahlawan, berinisiatif mendeteksi orang-orang yang mencurigakan.

Mengantisipasi kemungkinan ada aksi terorisme susulan, di tiap kecamatan, Bonek ikut membantu mendeteksi orang-orang yang bisa terindikasi membawa potensi teror.” Tapi Bonek rutin berkoordinasi dengan Camat dan Kapolsek. “Tidak boleh gerak sendiri,” kata Andie.

 

Endri Kurniawati

Endri Kurniawati

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus