Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nusa

Dari Ambon, Berulah di Bau-Bau

14 Oktober 2001 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SITUASI Kota Bau-Bau, ibu kota Kabupaten Buton di Sulawesi Tenggara, bak api dalam sekam. Bentrok antara pengungsi Ambon di Kelurahan Wakonti Baru dan warga Kelurahan Batara Guru, Senin pekan lalu, masih belum reda benar. Aksi peledakan bom yang terjadi keesokan harinya di depan BNI 46 Cabang Bau-Bau semakin memanaskan situasi. Hingga Jumat pekan lalu, polisi masih melakukan penjagaan ketat di perbatasan kedua desa itu. Pemandangan mencekam juga terlihat di Pelabuhan Murhun, Kota Bau-Bau. Setiap penumpang yang turun dari kapal langsung diperiksa identitasnya dan digeledah oleh sejumlah masyarakat. Puluhan batang pohon, karung berisi pasir, dan ban bekas tampak diletakkan di sejumlah ruas jalan menuju ke pusat kota. Menurut polisi, tindakan warga itu untuk berjaga-jaga kalau ada pengungsi Ambon dari luar yang menyusup dan membuat kekacauan di dalam kota. Pihak pengungsi Ambon di Kelurahan Wakonti Baru juga bersiaga. Puluhan warga memasang berbagai macam senapan rakitan di pintu masuk ke desa tersebut. Karim, salah satu pemimpin pengungsi, melontarkan ancaman. "Jika warga kami diserang oleh warga desa lain atau polisi, kami siap berperang," ujarnya. Untuk menghindari kesalahpahaman, pihak polisi memilih menahan diri untuk tidak masuk ke wilayah permukiman pengungsi itu. Menurut beberapa warga, bentrok yang terjadi bermula dari acara pesta di Kelurahan Batara Guru pada 6 Oktober lalu. Saat pesta dangdut berlangsung seru, tiba-tiba terjadi perkelahian. Salah satu pemuda, berasal dari Kelurahan Wakonti Baru, terluka kena tikaman pisau pemuda Kelurahan Batara Guru. Dua hari kemudian, terjadilah aksi penyerangan ke Kelurahan Batara Guru. Sumber TEMPO yang lain menyebut, perkelahian itu sekadar penyulut dendam warga lokal kepada para pengungsi itu. "Banyak warga lokal yang iri dengan perlakuan pemerintah terhadap para pengungsi itu," kata sumber itu. Selama ini, para pengungsi yang berjumlah 1.150 orang itu mendapat bantuan pemerintah Rp 44 ribu dan beras 15 kilogram setiap bulan per kepala. Sayang, perlakuan istimewa itu dirusak oleh kelakuan sebagian pengungsi. "Jika ada masalah dengan masyarakat lokal, mereka selalu mengancam akan mengebom dan menembaki kami," ujar Said, salah satu warga Kelurahan Batara Guru. Mendengar sikap para pengungsi asal Ambon itu, Gubernur Sulawesi Tenggara, La Ode Kaimoeddin, cukup geram. "Bila para pengungsi itu tidak juga menyadari perbuatannya, saya akan mengusir mereka keluar wilayah ini," ujarnya kepada wartawan, Rabu pekan lalu. Johan Budi S.P. dan Tempo News Room

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus