Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Eks Komisioner KPU Bilang Pilkada Berbiaya Mahal karena Praktik Politik Uang

Pilkada lewat DPRD dinilai tetap menyuburkan praktik politik uang. Pengawasan publik semakin terbatas karena transaksi dilakukan di ruang tertutup.

17 Desember 2024 | 11.47 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Mantan anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU), Hadar Nafis Gumay, mengatakan mahalnya biaya pemilihan kepala daerah disebabkan praktik politik uang. Hadar berpandangan yang perlu diperbaiki adalah perilaku partai politik dan peserta pilkada

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hadar mengatakan penyelesaian mahalnya biaya itu tidak harus mengubah sistem pilkada dari pemilihan secara langsung menjadi tidak langsung atau oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). “Mahal karena ada praktik politik uang. Mereka (peserta pilkada) yang menciptakan kondisi itu,” kata Hadar ketika dihubungi pada Senin, 16 Desember 2024. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hadar menilai jika kepala daerah dipilih oleh DPRD, praktik politik uang akan lebih leluasa dilakukan. Sehingga pengawasan publik dan penyelenggara pemilu akan semakin terbatas. Dia mengatakan, faktor itulah yang menjadi semangat perubahan sistem pilkada tidak langsung menjadi pemilihan langsung.

“Salah satu faktor dulu kenapa mau diubah karena banyak permainan uang. Itu gelap sama sekali. Rakyat betul-betul tidak bisa mengikuti dan mengetahui proses pemilihan di DPRD,” katanya.

Di lain sisi, Hadar juga menekankan KPU untuk lebih efisiensi dalam penyelenggaraan pilkada. Dia mengatakan penyelenggara pemilu tidak perlu menggelontorkan anggaran untuk agenda yang tidak perlu.

“Jangan dikasih uang berlebihan kepada penyelenggara sehingga mereka mengerjakan hal-hal yang tidak efisien dan tidak perlu,” katanya. “Penggunaan teknologi juga bisa mengurangi biaya penyelenggaraan, misalnya rekapitulasi suara.”

Hingga berita ini ditayangkan, Komisioner KPU bidang Teknis dan Penyelenggaraan Pemilu, Idham Holik, belum merespons permintaan wawancara dan pertanyaan yang dikirimkan ke nomor pribadinya. 

Sistem pilkada dan biaya politik ini kembali menjadi sorotan saat Presiden Prabowo Subianto mengusulkan perubahan mekanisme pilkada, dari pemilihan langsung ke pemilihan di DPRD. 

Usulan itu diungkapkan Prabowo saat berpidato dalam perayaan ulang tahun Partai Golkar di Sentul International Convention Center, Bogor, Jawa Barat, Kamis, 12 Desember 2024. Acara ini dihadiri ketua umum partai politik pendukung pemerintahan Prabowo.

"Saya lihat negara-negara tetangga kita efisien. Malaysia, Singapura, India, sekali milih anggota DPRD, sekali milih, ya sudah DPRD itulah yang milih gubernur, milih bupati," ujarnya.

Daniel Ahmad Fajri berkontribusi dalam penulisan artikel ini.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus