Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Fenomena Keraton Agung Sejagat, Ma'ruf Amin: Banyak yang Sakit

Ma'ruf Amin akan mengoptimalkan asosiasi kerajaan di Indonesia. Sehingga tidak ada kerajaan baru yang muncul seperti Keraton Agung Sejagat.

17 Januari 2020 | 09.37 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Sejumlah pengunjung menyaksikan batu prasasti di komplek Keraton Agung Sejagat Desa Pogung Jurutengah, Bayan, Purworejo, Jawa Tengah, Selasa, 14 Januari 2020. Kemunculan Keraton Agung Sejagat meresahkan masyarakat sekitar setelah ratusan pengikutnya mengadakan acara Wilujengan dan Kirab Budaya, yang dilaksanakan dari Ahad, 12 Januari 2020. ANTARA/Anis Efizudin

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Presiden Ma'ruf Amin meminta jangan ada lagi kerajaan-kerajaan baru yang muncul. "Kalau ini repot. Itu sekelas khalifah, jangankan raja, ini ada yang mengaku nabi. Ini indikasi banyak orang sakit," kata Ma'ruf di rumah Dinas Wakil Presiden pada Jumat, 17 Januari 2020.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ma'ruf mengatakan akan mengoptimalkan asosiasi kerajaan di Indonesia. Sehingga tidak ada kerajaan baru yang muncul.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Fenomena munculnya kerajaan-kerajaan baru sedang menjadi sorotan. Salah satunya, Keraton Agung Sejagat di Purworejo, Jawa Tengah yang berdiri sejak Juli 2019.

Keraton Agung Sejagad, dipimpin Sinuhun yang bernama asli Totok Santosa Hadiningrat dan istrinya, Fanni Aminadia, yang dipanggil Kanjeng Ratu Dyah Gitarja. Pengikut Keraton Agung Sejagat ini mencapai sekitar 450 orang. Penasihat Keraton Agung Sejagad, Resi Joyodiningrat, menegaskan Keraton Agung Sejagad bukan aliran sesat seperti yang dikhawatirkan masyarakat.

Joyodiningrat mengatakan Keraton Agung Sejagad merupakan kerajaan atau kekaisaran dunia yang muncul karena telah berakhir perjanjian 500 tahun yang lalu, terhitung sejak hilangnya Kemaharajaan Nusantara, yaitu imperium Majapahit pada 1518 sampai 2018.

Menurut dia, perjanjian 500 tahun dilakukan Dyah Ranawijaya sebagai penguasa imperium Majapahit dengan Portugis sebagai wakil orang Barat sehingga wilayah itu merupakan bekas koloni Kekaisaran Romawi di Malaka pada 1518.

Dengan berakhirnya perjanjian itu, kata Jodiningrat, maka berakhir pula dominasi kekuasaan Barat mengendalikan dunia yang didominasi Amerika Serikat setelah Perang Dunia II dan kekuasaan tertinggi harus dikembalikan ke pemiliknya, yaitu Keraton Agung Sejagad sebagai penerus Medang Majapahit yang merupakan Dinasti Sanjaya dan Dinasti Syailendra.

Pada Selasa, 14 Januari kemarin, Polda Jawa Tengah menangkap 'raja dan ratu' keraton itu atas tuduhan penipuan. Sebab, mereka meminta sejumlah uang kepada orang-orang yang hendak bergabung dengan imbalan dijanjikan terhindar dari malapetaka dan mendapat gaji besar sebagai pengikut.

 
Setri Yasra

Setri Yasra

Alumnus Universitas Riau. Kini pemimpin redaksi majalah Tempo

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus