Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Kemenkes Sebut BOR Rumah Sakit Terkendali dan Cenderung Menurun

Kemenkes menilai penurunan BOR rumah sakit ini dipengaruhi melandainya kasus harian Covid-19 di beberapa provinsi dengan jumlah populasi besar

1 Maret 2022 | 23.18 WIB

Siti Nadia Tarmizi. TEMPO/Tony Hartawan
Perbesar
Siti Nadia Tarmizi. TEMPO/Tony Hartawan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Kesehatan mencatat kasus harian Covid-19 di beberapa provinsi dengan jumlah populasi besar mulai melandai per akhir Februari 2022. Hal ini berdampak pada menurunnya tingkat keterisian tempat tidur  (bed occupancy rate/BOR) di rumah sakit secara nasional.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Hingga Selasa, 1 Maret, pasien yang dirawat di rumah sakit secara nasional turun menjadi 34 persen dari hari sebelumnya di posisi 35 persen. Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi, menjelaskan, pada hari ini, konfirmasi kasus harian berada di posisi 24.728 kasus, jauh jika dibandingkan posisi tertinggi yang sempat mencatat angka 64.718 kasus per hari. “Tingkat keterisian tempat tidur rumah sakit (BOR) juga masih sangat terkendali dengan kecenderungan menurun,” ujar dia dalam keterangan tertulis.

Nadia menjelaskan ada 14 provinsi yang konsisten penurunan kasus harian Covid-19, yaitu DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Timur, Bali, NTB, Maluku, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Sulawesi Utara, Sumatera Selatan, Sulawesi Tenggara, Papua, dan Papua Barat.

Ada pula tujuh provinsi yang kasus hariannya sudah melandai, yakni Jawa Tengah, Sumatera Utara, Sulawesi Selatan, Sumatera Barat, Gorontalo, Bengkulu, dan Lampung.

Faktor ini membuat posisi perawatan pasien di rumah sakit melandai karena kontribusi pasien di daerah dengan populasi besar ikut turun.

Positivity Rate di Beberapa Daerah Menurun

Data Kemenkes menunjukkan bahwa di beberapa daerah dalam minggu terakhir Februari kemarin mengalami penurunan positivity rate. Wilayah itu adalah DKI Jakarta, Bali, Banten, Jawa Barat, Jawa Timur, Maluku, Papua, NTB, Papua Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Sumatera Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Kalimantan Tengah.

Menurut Nadia, meski masih ada beberapa provinsi di Jawa dan luar Jawa yang meningkat kasus hariannya, tapi secara agregat ia mengklaim penanganan pandemi secara nasional membaik. “Karena provinsi dengan kota-kota besar padat penduduk sudah melewati puncaknya dalam waktu yang cukup konsisten,” kata Nadia.

Perbaikan indikator penanganan pandemi, kata Nadia, tampak dari angka kesembuhan pasien di rumah sakit yang meningkat secara nasional. Hingga Senin kemarin, angka kesembuhan pasien ada di posisi 43.992. Angka ini lebih baik dari hari sebelumnya Ahad yang ada di posisi 39.384.

Selanjutnya: Rekor angka kesembuhan harian

Beberapa hari yang lalu, kata Nadia, Kemenkes mencatat rekor angka kesembuhan harian tertinggi sejak awal pandemi ini diumumkan sebesar 61.361 pada 25 Februari. “Melewati rekor sebelumnya pada 6 Agustus 2021 yang sempat menyentuh angka 48.832,” tutur dia.

Namun, data menunjukkan risiko kematian tertinggi masih terjadi pada pasien yang belum menerima vaksinasi lengkap, lansia, dan memiliki komorbid. Dari catatan Kemenkes pada 5.013 pasien yang meninggal akibat Covid-19 dari 21 Januari-26 Februari, komorbid terbanyak yang ditemukan di pasien meninggal adalah diabetes melitus, bahkan 21 persen pasien memiliki komorbid lebih dari satu.

“Hingga Sabtu, 26 Februari, dari 5.013 pasien yang meninggal akibat Covid-19, 69 persen belum divaksinasi lengkap, 57 persen di antara pasien meninggal itu adalah lansia dan 45 persen memiliki komorbid,” kata Nadia.

Untuk menekan angka kematian, ia mengklaim pihaknya terus meningkatkan dan memperluas layanan kesehatan serta mempercepat laju vaksinasi. Menurut Nadioa, memberikan vaksinasi lengkap hingga booster adalah upaya agar pertahanan terhadap virus menjadi lebih tinggi.

“Terutama bagi lansia, pasien dengan komorbid, dan anak-anak terhadap risiko bergejala berat hingga kematian akibat Covid-19,” ujar dia,

Untuk vaksinasi booster Covid-19, kini sudah dapat diberikan kepada seluruh masyarakat yang berusia di atas 18 tahun, dan telah menerima vaksinasi dosis primer minimal tiga bulan sebelumnya. Pemerintah resmi menambahkan regimen vaksin booster, yakni vaksin sinopharm. “Dengan demikian ada 6 jenis regimen vaksin booster yang digunakan di indonesia; Sinovac, Astrazeneca, Pfizer, Moderna, Janssen (J&J), dan Sinopharm,” kata Nadia.

M. Khory Alfarizi

M. Khory Alfarizi

Alumnus Universitas Swadaya Gunung Jati, Cirebon, Jawa Barat. Bergabung di Tempo pada 2018 setelah mengikuti Kursus Jurnalis Intensif di Tempo Institute. Meliput berbagai isu, mulai dari teknologi, sains, olahraga, politik hingga ekonomi. Kini fokus pada isu hukum dan kriminalitas.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus