Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Ma'ruf Amin mengunjungi Samarkand yang didirikan 390 Sebelum Masehi oleh Iskandar Zulkarnain. Ia menyatakan bahwa Samarkand pada abad ke-8 dikuasai khalifah-khalifah Arab dari Abbasiyah sehingga banyak ulama lahir di kota tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Salah satu khalifah tersebut adalah Imam Bukhari yang makamnya juga dikunjungi oleh Ma’ruf Amin. Ternyata, makam Imam Bukhari ditemukan berkat jasa Presiden pertama Indonesia, Soekarno.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Kita sedang mengusulkan di tempat ini dibangun Sukarno Memorial Library, semacam perpustakaan Bung Karno untuk mengenang bahwa Bung Karno yang menemukan (mendorong ditemukan) tempat ini," kata Ma’ruf Amin pada 15 Juni 2023, sebagaimana diberitakan Antaranews.
Juru bicara Wapres, Masduki Baidlowi menyampaikan bahwa kunjungan ziarah Wapres sebagai upaya meningkatkan kerja sama wisata religi dengan Uzbekistan. Sebab, ada harapan pengusaha travel Indonesia agar masyarakat juga melakukan wisata sejarah peradaban Islam ke Uzbekistan, termasuk mengunjungi makam Imam Bukhari.
Profil Imam Bukhari
Debu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin al-Mughirah bin Bardizbah al-Ju'fi al-Bukhari atau biasa dikenal Imam Bukhari yang lahir pada 13 Syawal 194 Hijriah (21 Juli 810 Masehi) merupakan ahli hadis termasyhur. Bahkan, dalam kitab Fiqih, hadis miliknya mempunyai derajat yang tinggi. Akibatnya, sebagian orang menyebutnya dengan julukan Amirul Mukminin fil Hadits yang artinya pimpinan kaum mukmin dalam hal Ilmu Hadits.
Bukhari dididik dalam keluarga ulama yang taat beragama. Ayahnya dikenal sebagai seorang wara' yang bersifat syubhat (ragu-ragu) terutama terhadap hal-hal haram. Ayahnya merupakan ulama bermadzhab Maliki dan murid dari Imam Malik. Namun, sejak kecil, Bukhari sudah kehilangan sosok ayah selama-lamanya.
Kemudian, Bukhari berguru kepada Syekh Ad-Dakhili, ulama berbakat hadis di Bukhara. Lalu, pada usia 16 tahun bersama keluarganya, ia mengunjungi kota Mekkah dan Madinah untuk menempuh kuliah para guru agung hadis. Ia juga memiliki kemampuan berupa daya hafal tinggi yang berkontribusi banyak terhadap dunia pendidikan.
Mengakui p2k.unkris.a.c.id, Bukhari menerbitkan kitab pertama Kazaya Shahabah wa Tabi'in. Bersama gurunya, Syekh Ishaq, ia menghimpun hadis-hadis shahih dalam satu kitab yang dari satu juta hadis diriwayatkan 80.000 perawi dan telah disaring menjadi 7.275 hadits. Untuk mengumpulkan dan menyeleksi hadis tersebut, ia menghabiskan 16 tahun mengunjungi berbagai kota demi menemui para perawi, mengumpulkan, dan menyeleksi hadisnya.
Namun, tidak semua hadis yang dihafal akan diriwayatkan, tetapi terlebih dahulu diseleksi apakah riwayat hadis tersebut bersambung dan apakah perawi hadis itu tepercaya. Ia menuliskan sebanyak 9.082 hadis dalam karya monumentalnya Al Jami'al-Shahil atau dikenal Shahih Bukhari.
Saat meneliti dan menyeleksi hadis dengan para perawi, Bukhari menunjukkan sikap sopan, tetapi tegas. Ia juga dikenal sebagai sosok yang teliti karena selalu memeriksa keakuratan sebuah hadis berkali-kali dengan mendatangi berbagai ulama. Ia juga dikenal sebagai ulama fiqih dan berbakat dalam olahraga memanah.
Meskipun kebesaran Imam Bukhari diakui dan dikagumi hampir seluruh kalangan Islam, tetapi ada pula beberapa kalangan yang tidak menyukainya. Ia pun memutuskan untuk berpindah ke Samarkand, Uzbekistan. Namun, di sana, ia jatuh sakit selama beberapa hari sampai akhirnya meninggal pada 256 Hijriah (31 Agustus 870 Maeshi) ketika malam Idul Fitri dalam usia 62 tahun kurang 13 hari.
Pilihan Editor: Kisah Bung Karno dan Makam Imam Bukhari di Uzbekistan