Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kegiatan Pembukaan Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK) di Universitas Islam Negeri atau UIN Sunan Ampel Surabaya diwarnai aksi protes sejumlah mahasiswa untuk Rektorat. Pihak UINSA lantas memanggil sebagian tokoh mahasiswa pascakejadian tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dalam video yang beredar, terlihat sejumlah mahasiswa mengenakan kemeja putih dengan bawahan hitam. Mereka menyanyikan yel-yel UKT atau uang kuliah tunggal mahal sambil menepukkan tangan dan membuat riuh suasana di salah satu gedung UINSA Surabaya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ada juga mahasiswa yang menggunakan busana serba hitam berdiri dan berkumpul di sana. Mereka sambil membawa spanduk berbagai tulisan yang menyudutkan Rektorat dan kampus. Seperti ‘UINSA Amburadul’, ‘Rektor Gagal’, dan 'PBAK Prematur'.
Sementara itu, Rektor UINSA Surabaya, Prof Akhmad Muzakki tampak berdiri di podium. Dia tampak hanya melihat tindakan yang dilakukan oleh para mahasiswa itu.
Presiden Dewan Eksekutif Mahasiswa UINSA, Abdul Adim mengatakan bahwa aksi tersebut dilakukan pada Senin, 14 Agustus 2023. Momen itu tepat saat Rektor UINSA memberi sambutan pada pembukaan PBAK.
"Saat sambutan, teman-teman langsung aksi dan rektor diam," kata Adim saat dikonfirmasi, Minggu 20 Agustus 2023.
Menurut Adim, aksi itu dilakukan karena mahasiswa kecewa dengan kampus. Salah satunya adalah Uang Kuliah Tunggal (UKT) UINSA yang dinilai terlalu tinggi.
“Semua Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) UKT-nya mahal, termasuk UINSA," kata Adim.
Selain itu, mahasiswa juga merasa kecewa karena pihak kampus tampak menyepelekan kegiatan PBAK untuk mahasiswa baru. Sebabnya, Rektor dinilai tidak pernah hadir dalam agenda persiapan PBAK.
"Bapak Rektor tidak pernah hadir," ujar Adim.
Sementara itu, pihak rektorat yang menghadiri PBAK hanya diam melihat aksi mahasiswa. Mereka lantas memutuskan keluar ruangan tanpa berbicara apa pun.
Pihak kampus buka suara atas kejadian itu. Menurut mereka, mahasiswa memang sedang menyampaikan aspirasi ke rektorat saat itu.
"Kami menerima aspirasi mahasiswa," ujar Koordinator Bidang Kerja Sama, Kelembagaan dan Humas UINSA Surabaya, Ahmad Firdausi saat dihubungi Tempo, Senin, 21 Agustus 2023.
Menurut Firdausi, pihak Rektorat UINSA juga memanggil perwakilan mahasiswa dan orang tua/wali mahasiswa pasca kejadian itu. Terdiri dari perwakilan Dewan Mahasiswa dan perwakilan organisasi kampus lainnya.
“Itu hanya dalam rangka silaturrahim, kami saling sharing bagaimana membangun komunikasi yang baik,” ujar Firdausi.
Menurut dia, ada 7 mahasiswa dan orang tua yang dipanggil. Namun, hanya 4 mahasiswa yang hadir beserta walinya (bukan orang tua).
Dari pertemuan itu, pihak kampus mengaku hanya ingin menjalin hubungan baik. Selayaknya orang tua dan anak.
“Mahasiswa ini kan anak kami, jadi pertemuan itu ya membicarakan bagaimana hubungan orang tua dan anak yang baik,” ucap dia.
Selain itu, pihak kampus menyatakan menerima aspirasi mahasiswa. Serta menegaskan bahwa tidak ada sanksi yang diberikan setelah pertemuan itu.
“Tidak ada sanksi apa pun. Kami menerima aspirasi mahasiswa,” ujar Firdausi.