KENDATI dari ibukota kabupatennya, Pekalongan, cuma berjarak tak
lebih dari 50 Km, kota kecamatan Petungkriyono tak pernah
tersentuh kendaraan beroda dua. Jangankan yang digerakkan dengan
motor, jenis sepeda saja, juga tidak. Bukan karena penduduk,
termasuk camatnya, tak mampu membeli. Tapi buat apa semua itu.
Bila jalan raya tempatnya bergerak tak tersedia. Sebab
Petungkriyono, seperti diakui Bupati Pekalongan sendiri Letkol
Karsono, memang tak punya jalan raya yang menghubungkannya
dengan kota-kota lain. Hingga kota kecamatan yang terletak di
ketinggian 1300 M di atas muka laut itu, benar-benar merupakan
daerah terpencil.
Tentu saja bukan tak bisa didatangi. Bahkan untuk pergi ke sana
dapat dilakukan dari 2 jurusan. Lewat Kroyaan atau lewat kawasan
Kabupaten Banjarnegara yaitu Kecamatan Kalibening. Dua-duanya
harus ditempuh dengan berjalan kaki. Bedanya lewat Kroyaan lebih
jauh ketimbang lewat Kecamatan Kalibening. Karena lewat Kroyaan
dari Pekalongan dapat ditempuh dengan kendaraan bermotor apa
saja, tapi sesampainya di desa Cibebek Kecamatan Wonoyoso,
Banjarnegara mesti ditempuh dengan berjalan kaki. Mula-mula
menuju perbatasan. Dari desa terpinggir Gumelem di bawah kaki
gunung Rogojembangan (masuk bilangan Petungkriyono), harus
merayap dengan jalan kaki, melewati hutan belantara selama
kurang lebih 2-3 jam tanpa melalui sebuah desa pun.
Sampai Sokokembang
Melalui jalan seperti itulah, Petungkriyono 2 kali seminggu
didatangi para pedagang dari luar untuk mencukupi keperluan
penduduk sehari-hari. Sedang para warganya sendiri menjual hasil
buminya ke Doro, 20 Km jauhnya dan membuka pasarnya pada
hari-hari Selasa dan Sabtu antara jam 6 sampai 8 pagi. Untuk
mengangkut barang dapat juga memakai kuda. Tapi tak semua warga
kecamatan mampu memiliki hewan ini. Karena meski tak begitu
miskin, tampaknya warga Petungkriyono belum terhitung mampu.
Rumah-rumah di sana kebanyakan beratap ijuk. Sedangkan dari 9
desa cuma 4 yang ditaami padi secara tadah hujan. Lainnya cukup
palawija terutama jagung sebagai makanan utama. "Kantor dan
rumah kediaman camat dulu beratap ijuk. Baru setelah dapat
bantuan Pemda Rp 1,5 juta bisa diubah jadi gedung beratap seng",
tutur Camat Sutayu yang akan menyerahkan jabatannya kepada
penggantinya Saiman BA, karena ia dipindahkan ke Kecamatan
Talun, yang lebih terpencil lagi.
Akan dibiarkan seperti itukah Petungkriyono yang berpenduduk
9010 jiwa dengan luas 74 Km2" Jalan lewat Kroyaan akan kita
bangun", tutur Bupati Karsono kepada Metese Mulyono yang
menyertai Bupati meninjau ke sana belum lama ini. "Badan jalan
sepanjang 3 Km akan menghubungkan Kroyaan sarnpai ke
Sokokembang. Biayanya Rp 32 juta". Berarti Petungkriyono sedikit
akan terkuak.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini