Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Dosen FMIPA Universitas Universitas Gadjah Mada atau UGM, Edi Suharyadi dikukuhkan sebagai guru besar dalam Bidang Ilmu Fisika Material di ruang Balai Senat UGM, pada 7 Mei 2024. Dengan dikukuhkan Edi Suharyadi sebagai guru besar, maka daftar guru besar FMIPA UGM yang aktif menjadi bertambah dari 42 orang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pada pidato pengukuhan tentang perkembangan riset bidang nanomaterial magnetik dan aplikasinya, Edi menyampaikan, bahan magnet merupakan komponen penting komputer, terutama dalam industri militer, ruang angkasa, bidang kesehatan, dan lingkungan. Pertumbuhan penggunaan bahan magnet sebagian besar terjadi karena peningkatan sifat magnetik yang memungkinkan dirancang menjadi perangkat lebih kecil, lebih ringan, dan lebih efisien.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Ketika ukuran bahan magnetik diperkecil ke skala nanometer atau nanomaterial, maka sifat fisik, listrik, dan kemagnetannya juga akan berubah,” kata Edi, saat hari pengukuhannya, seperti dikutip ugm.ac.id.
Pada bidang kesehatan, dalam mengatasi penyakit kanker, juga digunakan terobosan baru yaitu terapi hipertermia magnetik. Terapi ini menawarkan alternatif dalam pengobatan kanker dengan memanfaatkan panas lokal yang dihasilkan oleh nanopartikel magnetik saat terpapar medan magnet bolak-balik atau alternating magnetic field (AMF).
“Mekanismenya, nanopartikel magnetik disuntikkan ke dalam jaringan kanker yang kemudian menjadi target. Nanopartikel memanaskan area yang terinfeksi, memungkinkan kerusakan pada sel kanker tanpa memberikan dampak signifikan pada jaringan sehat di sekitarnya,” kata dia.
Edi juga mengucapkan terima kasih kepada banyak kolega dan rekan kerjanya dalam pidato pengukuhan. Selain itu, ia juga mengapresiasi grup riset ES-Club yang terdiri dari 42 anggota aktif pada 2024.
Meskipun sudah menyandang guru besar, tetapi Edi mengaku akan terus produktif sebagai dosen di Departemen Fisika, FMIPA UGM. Menurutnya, guru besar adalah bonus produktivitas dosen dalam pengajaran dan pendidikan, penelitian dan publikasi, serta pengabdian kepada masyarakat. Guru besar bukan tujuan utama untuk mendapatkan jabatan fungsional bagi Edi.
Profil Edi Suharyadi
Edi Suharyadi mengawali pendidikan tinggi di program studi Fisika, UGM pada 1993-1998. Selama menempuh pendidikan Sarjana, ia mendapatkan beasiswa dari Yayasan Johanna de Ridder, Belanda pada 1994. Setelah menyandang gelar Sarjana, ia melanjutkan pendidikannya di tempat yang sama pada 1998-2000. Saat menempuh pendidikan S2 ini, ia juga mendapatkan beasiswa Proyek Penelitian Universitas untuk Pendidikan Pascasarjana (URGE) oleh Bank Dunia pada 1998. Setelah lulus dari S2, ia langsung mendapatkan beasiswa Yayasan INPEX, Universitas Waseda, Tokyo untuk melanjutkan pendidikannya.
Edi melanjutkan pendidikan Magister di program studi Kimia Terapan, Universitas Waseda, Tokyo, Jepang pada 2001-2003 dari beasiswa tersebut. Setelah itu, ia melanjutkan pendidikan untuk meraih gelar Doktor di program studi Teknik Elektro dan Ilmu Komputer, Universitas Nagoya, Jepang pada 2003-2006. Satu tahun setelah menyandang gelar Doktor, ia mendapatkan penghargaan dari Yayasan Promosi Ilmu Informasi Hori, Institut Teknologi Nagoya, Jepang.
Dilansir ugm.ac.id, selain mengejar gelar akademik, Edi juga bekerja sebagai Dosen FMIPA UGM sejak 1999 sampai sekarang. Selain itu, ia juga pernah menjadi Asisten Peneliti Departemen Teknik Elektro dan Ilmu Komputer, Universitas Nagoya pada 2003-2006. Ia juga aktif mengikuti organisasi, yaitu Physics Society of Indonesia (1997), Surface Finishing Society of Japan (2002), Magnetic Society of Japan (2003), dan Institute of Electrical and Electronics Engineers (2005).
Guru Besar FMIPA UGM ini juga pernah meraih sertifikat dalam beberapa kompetisi sebagai berikut, yaitu Diklat Prajabatan Golongan III pada 1999 dan Academic Leaders Management Programme (ALMP) bagi Pengelola Departemen pada 2022.