Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
MAKASSAR -- Produksi kakao Sulawesi Selatan mengalami penurunan pada 2011. Hal ini cukup meresahkan karena Indonesia merupakan negara penghasil kakao terbesar ketiga di dunia setelah Brasil dan Afrika Selatan. "Penurunan produktivitas itu akibat cuaca ekstrem dan pemeliharaan tanaman yang kurang bagus," kata Kepala Dinas Perkebunan Sulawesi Selatan Dr Burhanuddin Mustofa setelah menghadiri Musyawarah Petani Kakao dan Dialog Kakao Nasional di Hotel Horison kemarin.
Burhanuddin menambahkan faktor penurunan produksi lainnya adalah bibit yang diperoleh dari program Gerakan Nasional disinyalir cepat rusak, sehingga mudah terserang hama. Untuk memastikan penyebab tersebut, menurut Baharuddin, dalam waktu dekat, staf wakil presiden bersama direktorat jenderal perkebunan akan berkunjung langsung ke Sulawesi Selatan untuk melihat kondisi perkebunan.
Sementara itu, Sales Manager PT Syngenta Wilayah Sulawesi Selatan dan Barat Bahtiar Manajeng mengatakan kegiatan ini dilakukan karena pihaknya merasa risau melihat produktivitas kakao di Indonesia, khususnya penurunan produksi di Sulawesi Selatan. "Jika penurunan ini dibiarkan berlarut-larut sangat disayangkan, sementara permintaan cokelat semakin tinggi, seperti ke negara Amerika, Singapura, dan Malaysia," kata Bahtiar.
Menurut Bahtiar, PT Syngenta hanya memfasilitasi para petani. Sekitar 100 petani yang dijadikan duta penghasil kakao akan dikirim ke luar untuk melatih petani lainnya yang ada di Indonesia bagaimana cara menanam kakao yang baik. "Cara menanam yang baik itu seperti penggunaan pestisida, pemeliharaan, dan peremajaan tanaman."
Dari data sementara, menurut Burhanuddin, produksi kakao pada 2010 sebesar 197 ribu ton, tapi pada 2011 turun menjadi 195 ribu ton saja. Adapun kawasan yang akan ditinjau adalah daerah-daerah penghasil kakao di daerah, seperti Kabupaten Luwu, Bone, dan kawasan yang baru mengembangkan komoditas ini, seperti Kabupaten Gowa, Jeneponto, Bulukumba, dan Sinjai. "Namanya saja tanaman, tentunya ada kekurangan," ujarnya.
Dengan adanya kegiatan ini, Bahtiar melanjutkan, para petani diharapkan bisa belajar cara menanam tanaman yang baik. Sebab, pemerintah Sulawesi Selatan menargetkan 300 ribu ton kakao pada 2012. "Dengan kegiatan ini, saya berharap petani bisa memperoleh ilmu tentang tata cara menanam bibit kakao yang baik dengan sambung-samping dan sambung-pucuk," ucapnya. ARDIANSYAH RAZAK BAKRI
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo