Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA – Persaingan ketat untuk memperebutkan delapan kursi anggota Dewan Perwakilan Rakyat periode 2019-2024 bakal tersaji di daerah pemilihan Yogyakarta. Sebanyak 102 calon legislator bertarung di daerah pemilih ini, separuh dari antaranya merupakan politikus senior yang berasal dari beberapa partai politik, sebagian lagi mantan kepala daerah, artis, dan politikus muda.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Misalnya, calon legislator dari Partai Demokrat, Kanjeng Raden Mas Tumenggung Roy Suryo Notodiprojo. Roy mengatakan Pemilu 2019 yang digelar serentak akan membuat kompetisi di antara calon legislator bakal semakin ketat. Apalagi, kata dia, pemilih di Yogyakarta memiliki kecenderungan memilih calon legislator yang sudah bertemu dengan mereka. "Sekarang harus lebih rajin turun ke masyarakat. Pesaing tambah banyak dan kondisi ekonomi berpotensi membuat perbedaan," kata anggota DPR ini, kemarin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Meski berstatus calon inkumben dan memiliki basis massa yang loyal, Roy tidak menganggap enteng para pesaingnya. "Pemilih sangat dinamis. Basis massa tetap harus dirawat agar tidak lari," katanya. Pada pemilu kali ini, ia mengatakan Demokrat menargetkan tetap bisa mempertahankan perolehan satu kursi di DPR.
Total pemilih di dapil Yogyakarta sebanyak 2,69 juta orang yang tersebar di lima kabupaten dan kota, yaitu Yogyakarta, Bantul, Gunungkidul, Sleman, dan Kulon Progo. Pada Pemilu 2014, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) mendapatkan dua kursi di dapil ini lewat M. Idham Samawi (mantan Bupati Bantul) dan Esti Wijayati. Enam kursi DPR lainnya dibagi secara merata kepada Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Golkar, Gerindra, Demokrat, dan Partai Amanat Nasional (PAN).
Selain kedua inkumben PDIP di atas, calon legislator lainnya yang berpotensi menambah perolehan kursi partai berlambang banteng ini adalah Katon Bagaskara, seorang penyanyi. Ketua Dewan Pimpinan Daerah PDIP Daerah Istimewa Yogyakarta, Bambang Praswanto, mengatakan popularitas Katon bakal menambah kepercayaan pemilih pemula ke partainya. "Sebagai publik figur yang dikenal oleh kalangan awam, Katon memiliki pangsa pemilih yang berbeda dari calon lainnya," kata Bambang, yang juga calon legislator dari PDIP.
Selain Roy, Idham Samawi, dan Esti Wijayati, lima calon legislator inkumben lainnya kembali bertarung dalam pemilu ini. Mereka adalah Agus Sulistiyono dari PKB, Andika Pandu Puragabaya dari Gerindra, Hanafi Rais dari PAN, Sukamta dari PKS, dan Gandung Pardiman dari Golkar. Gandung merupakan pengganti antarwaktu Siti Hediati Hariyadi atau Titiek Soeharto yang mundur dari Golkar dan menjadi calon legislator Partai Berkarya di dapil Yogyakarta.
Menghadapi persaingan pemilu legislatif yang sangat ketat, semua calon legislator juga semakin giat turun ke lapangan, di antaranya Sukamta. "Sekarang kami full ketemu dengan masyarakat hingga pemungutan suara," kata Sukamta.
Adapun calon legislator dari NasDem, Anggiasari Puji Aryatie, mengatakan tantangan untuk dirinya dalam pemilu ini adalah harus memperkenalkan diri dari pintu ke pintu, berbeda dengan calon lainnya yang sudah populer. Dalam setiap sosialisasi, Anggiasari menjual tiga isu utama, yaitu mengenai perempuan, kaum difabel, dan nonmuslim. Ia juga gencar berkampanye melalui media sosial, seperti Facebook, Instagram, dan Twitter.
Peneliti dari Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia, Lucius Karus, mengatakan bahwa meningkatnya jumlah pemilih milenial di Yogyakarta, yang juga dikenal sebagai Kota Pelajar, membuat persaingan calon legislator lebih merata. Tingkat keterpilihan setiap calon legislator juga ditentukan oleh intensitas mereka merangkul pemilih muda dan pemilih tradisional. "Pemilih tradisional cenderung mendasarkan pilihan pada ketokohan, sedangkan pemilih milenial akan mempertimbangkan kebaruan dan janji perubahan," kata Lucius.
MUH SYAIFULLAH (YOGYAKARTA) | ARKHELAUS WISNU
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo