Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Mahasiswa peserta Program Kampus Mengajar dipesankan agar bersikap lentur terhadap kondisi dan kebutuhan sekolah yang berbeda-beda. Mahasiswa diharap mampu memahami apakah sekolah membutuhkan bantuan mereka untuk mengajar atau untuk membantu administrasi dan manajemen sekolah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pesan ini disampaikan Diah Mutiara, Dosen Proram Studi Pendidikan Agama Islam, Universitas Muhammadiyah Jakarta, seperti dikutip dari situs web Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi. Diah menyampaikannya dalam 'Pelepasan Mahasiswa Program Kampus Mengajar Angkatan 5' yang dihelat secara hibrida, Jumat 17 Februari 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Diah adalah salah satu dosen pembimbing lapangan (DPL) untuk Program Kampus Mengajar Angkatan 5 tersebut. Diah membimbing sembilan mahasiswa yang dibagi menjadi dua kelompok, yaitu di SDN Kebayoran Lama 01 dan SDN Grogol Utara 13, Jakarta Selatan. Sebelumnya Diah juga menjadi DPL untuk Kampus Mengajar Angkatan 3.
“Ketika sekolah memang butuh bantuan untuk mengajar, ya kalian mengajar," kata dia sambil mengingatkan keberadaan peserta program harus menyesuaikan diri dengan kebutuhan sekolah, termasuk bantuan untuk masalah administratif dan manajemen sekolah. "Kalian harus paham itu,” kata Diah dalam arahannya.
Berdasarkan pengalamannya sebagai DPL, Diah mengungkap, peningkatan kompetensi literasi dan numerasi di sekolah menjadi hal yang penting karena banyak siswa dan guru yang belum paham mengenai keduanya. Menurut dia, banyak yang menganggap literasi hanya sebatas membaca buku.
"Padahal kan luas banget literasi itu, misalnya pemahaman teks, kemampuan beradaptasi dengan teknologi, bagaimana kita bisa menyampaikan apa yang kita baca, atau membuat tulisan dari apa yang kita baca,” tuturnya.
Itu sebabnya, Diah menambahkan, mahasiswa Kampus Mengajar bisa menjadi pendamping di sekolah untuk meningkatkan literasi dan numerasi siswa dan guru. Saat menemukan ada siswa yang belum bisa membaca, misalnya, mahasiswa bisa membuat pendampingan bagi siswa di luar jam sekolah atau inovasi lain seperti memberikan pemahaman teknologi kepada guru-guru.
Kepala Bidang Pendidik dan Tenaga Kependidikan Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta, M. Roji, berharap, hadirnya mahasiswa program Kampus Mengajar di sekolah bisa membuat peserta didik mendapatkan proses pembalajaran yang lebih baik. Apalagi peserta didik di kelas 6 dan 9 yang akan menghadapi ujian sekolah dalam waktu dekat.
Selain itu, sekolah-sekolah di Provinsi DKI Jakarta sebagian besar sudah mengimplementasikan Kurikulum Merdeka. Bantuan dan asistensi dari mahasiswa, khususnya dalam adaptasi teknologi, seperti penggunaan Platform Merdeka Mengajar (PMM) pasti sangat dibutuhkan.
“Kondisi di lapangan, nanti di sekolah-sekolah mahasiswa akan bertemu dengan para pendidik dan guru-guru yang variatif dari sisi kompetensi dan usia," kata Roji.
Motivasi Mahasiswa
Sebanyak 114 sekolah jenjang pendidikan dasar (SD dan SMP) menjadi lokasi penempatan mahasiswa Program Kampus Mengajar Angkatan 5 pada tahun ini. Ada 467 mahasiswa yang akan ditugaskan di 114 satuan pendidikan di berbagai wilayah di DKI Jakarta.
Salah satu pesertanya adalah Hilal Dwi Cahyo. Mahasiswa semester 6 jurusan Pendidikan Guru SD di Universitas Negeri Jakarta (UNJ) ini mengaku termotivasi untuk mengikuti program ini karena relevan dan linear dengan jurusannya. Plus mendengar pengalaman dari teman-temannya di angkatan sebelumnya.
Hilal dan empat temannya akan bertugas sebagai mahasiswa Kampus Mengajar di SDN Grogol Utara 13 Pagi, Jakarta Selatan. Mereka sudah pernah berkunjung ke sekolah tersebut dan berdiskusi dengan kepala sekolahnya untuk merencanakan program di awal masa penempatan.
Termasuk disampaikan kalau beberapa guru sudah hampir masuk usia pensiun. “Lumayan, jadi sudah terbayang."
Berbeda dengan Hilal, peserta Kampus Mengajar lain, Tiara Maswaty Budhianto, bukan berasal dari program studi kependidikan. Tiara merupakan mahasiswa jurusan Manajemen dari perguruan tinggi swasta, Universitas Bina Nusantara.
Tiara tertarik mengambil program Kampus Mengajar karena ia melihat masih banyak sekolah di DKI Jakarta yang kekurangan tenaga pengajar dan fasilitas. “Jadi meskipun saya jurusan manajemen, saya ingin membantu juga menjadi agen perubahan,” ujarnya.
Pilihan Editor: Amerika Uji Terbang dan Dogfight Jet Tempur yang Dipiloti AI