USTAZ itu pun bercerita dengan menarik, bagaimana Nabi tetap teguh ketika lehernya diancam pedang, dan ia ditanya, siapa yang bisa menyelamatkannya. Muhammad saw. menjawab dengan tenang, hanya Allah yang bisa menyelamatkannya. Syahdan, pedang itu pun jatuh ke tanah. Nabi ganti mengambil pedang itu dan menaruhnya di leher si pengancam. Dan Nabi pun bertanya, seperti ketika pengancam itu bertanya kepadanya. Tapi sungguh berbeda dengan Nabi, pengancam itu gemetar, memukul-mukulkan kepalanya ke pasir, dan minta ampun pada Nabi sambil menangis. Ustaz bapat royalti 10%. Ratarata bukunya dicetak sekitar 70.000 eksemplar, misalnya Kampung Boy. Juga buku-bukunya yang lain, yang dicetak berulang kali. Jadi, untuk sebuah buku saja, Lat dapat mengantongi lebih dari Rp 30 juta -- angka yang dapat membuat iri para kartunis Indonesia. Padahal, beberapa karikaturnya cukup pedas meskipun tetap dengan sindiran gaya Melayu yang cukup halus. "Saya tidak takut mengkritik masyarakat karena masyarakat juga tidak selalu benar," katanya. Ia juga Dipaksa begitu, Titik mengaku kepepet juga. Di saat bingung itu, mulutnya tahu-tahu mengucap ceceron-ceronce. Nah, Ronce itulah yang kemudian dijadikan judul operet Lebaran tahun ini. Ronce, bahasa Jawa, artinya merangkai. Tepatnya, Titik merangkai perayaan Lebaran di beberapa daerah, Minang, Betawi, dan Jawa. Titik juga menyelipkan musik dangdut dan dakwah dari Rhoma Irama. Operet Lebaran ini dibagi empat babak: Lebaran di Ranah Minang (Sanggar Elly Kasim), Di Sana Rumpi Di Sini Rumpi (Lenong Rumpi), Ande Ande Lumut (Ketoprak Plesetan dari Yogya), dan musik dangdut Oma Irama dan Camelia Malik. Plot cerita diserahkan pada grup yang akan mengisi sequence itu. Ronce dibuka dengan menggambarkan Titi D.J. dan Titik P.J. (kata si empunya nama ini kependekan dari Titik Puspa Janda) sedang jalan-jalan. Kemudian bertemu dengan Elly Kasim di rumah makan Padang. Di situ Elly bercerita tentang tradisi berbuka puasa di daerahnya, Minang. Pengantin baru (Novia Kolopaking dan Gusti Randa), misalnya, harus mengantar penganan ke mertuanya (Didi Petet). Elly juga bercerita tentang suasana sepi di Minang karena banyak penduduknya yang pergi merantau. Dari situ operet yang menampilkan sekitar 80 penari dan 100 anak-anak dari Bina Vokalia itu bergulir ke wajah anak-anak asongan, Tono dan Tini. Mereka mengeluh tak punya uang untuk bayar sekolah. Terngiang di telingaku pidato Bapak Presiden/Bahwa anak Indonesia harus pandai/Bagaimana mau pandai kalau kelas II tak bisa sekolah lagi. Keluhan itu didengar gadis cilik yang diperankan cucu Titik Puspa, Putri Puspa Reza Kamarullah. Ia kemudian memanjatkan doa buat Tono dan Tini. Kemudian cerita ke Betawi. Lenong Rumpi muncul. Naskah yang ditulis Harry de Fretes itu bercerita tentang kesenjangan kaya dan miskin. Sebuah keluarga kaya raya yang tinggal di kawasan real estate berseberangan dengan gubuk reyot. Si kaya itu (Robby Tumewu), yang istrinya (Ira Wibowo) mempunyai 500 palahirnya daidai baru, dengan kepolulerannya, dengan suksesnya membangun masjid dan menaikkan citra dai yang bisa ber-Mercedes. Bagian yang sulit, ada di bagian II, yang mencoba mencari jawab, kenapa kecenderungan itu terjadi sekarang ini. Berbagai pengamat sosial dan sejarah, selain beberapa dai itu sendiri, kami wawancarai. Dalam bagian ini pula sebuah box yang menceritakan bahwa berubahnya seorang yang berada di jalan gelap lalu menemukan jalan Islam ternyata sudah ada sepanjang sejarah Islam itu sendiri. Jadi, proses pembalikan psikologis itu, bila itu terjadi pada seorang musisi rock di zaman sekarang misalnya, bukanlah sesuatu yang dibuat-buat -- itu memang bisa terjadi sejujur-jujurnya. Dan akhirnya adalah sebuah profil singkat, mereka yang muncul itu: ada artis, bekas ketua Golkar, pelawak, dan lain-lain. Bambang Bujono
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini