SEJAK dua puluh tahun lalu, ia dikenal sebagai pekerja keras, dan sering melakukan inspeksi mendadak, hingga dijuluki "Menteri Sidak". Dialah J.B. Sumarlin, 61 tahun, kini Ketua BPK. Pada tahun 1973, sewaktu menjabat Wakil Ketua Bappenas, adalah Sumarlin yang oleh Presiden ditunjuk sebagai Ketua Opstib, dan Menteri Negara Penertiban Aparatur Negara, hingga 1983. Sumarlin pula yang, bersama Menteri Perdagangan Radius Prawiro, pada tahun 1975, memimpin operasi penyehatan utang Pertamina, yang menggunung hingga US$ 10,5 miliar. Lelaki berperawakan kecil kelahiran Blitar ini pun beberapa kali meluncurkan gebrakan, ketika menjabat Menteri Keuangan. Prestasinya dalam melancarkan paket deregulasi di bidang perbankan, November 1987, dan gebrakannya untuk menyiram suhu perekonomian yang overheated, telah mendorong majalah berwibawa Euromoney memilihnya sebagai Finance Minister of the Year, 1989. Aneh memang, jika nama "sang penertib" belakangan ini dikaitkan dengan kasus ET. Betulkah Sumarlin telah memberi angin untuk proyek ET. Akhir pekan lalu, dalam suatu wawancara singkat dengan wartawan TEMPO Linda Djalil, Sumarlin menolak semua tuduhan. Petikannya: Benarkah Anda telah mendorong terbentuknya sindikasi bank- bank pemerintah untuk mengumpulkan pinjaman buat Golden Key? Sama sekali tidak benar bahwa saya aktif membentuk sindikasi bank untuk proyek Golden Key. Sebab, sejak saya menerima referensi dari Sudomo, saya tidak pernah mengambil langkah selanjutnya bagi usaha tersebut. Apalagi dikatakan bahwa saya secara khusus telah mengontak beberapa direksi Bapindo. Jadi, Anda apakan referensi dari Pak Domo itu? Ya, seperti saya katakan, saya tidak mengambil langkah selanjutnya. Karena sejak dulu saya memang malas meladeni referensi semacam itu. Kabarnya, ET dikenal pandai merayu pejabat, termasuk Pak Marlin. Betulkah? Saya juga baru belakangan ini mendengar dari salah seorang mantan kolega, bahwa ET sering membawa-bawa nama saya untuk melancarkan usahanya. Ada yang bilang, Anda telah menginstruksikan lewat telepon .... Tuduhan tersebut tidak berdasar. Bisa saja orang mengatakan hal negatif terhadap saya, untuk menyelamatkan dirinya. Saya juga tahu, ada beberapa orang bank yang sengaja menyebar fitnah, bahkan sengaja mengatakan kepada wartawan, seolah-olah mereka sering mendapat tekanan dari saya lewat telepon. Saya rasa memang tak ada pilihan lain bagi mereka, kecuali menghantam saya dengan cara seperti itu. Jadi, siapa yang mencairkan kredit besar itu? Ya, mereka itu, yang gampang meloloskan kredit semacam itu, yang sekarang melimpahkan kesalahan ke orang lain. Di sinilah diuji sikap profesionalisme mereka, yang seharusnya betul-betul memperhatikan kelayakan teknis finansial dan persyaratan lain sebelum meluluskan suatu kredit. Dalam beberapa unjuk rasa, terbaca spanduk agar Sumarlin mundur. Apa komentar Anda? Diminta mundur? Wah, kita lihat saja hasil pemeriksaan Kejaksaan Agung, yang saya dukung penuh. Itu saja.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini