MALAM sudah larut dan sepi ketika puluhan ulama berbondong dari
mesjid Baiturrahman, menyeberang ke Gedung Olah Raga (GOR) di
Simpang Lima, Semarang. Mereka selesai dengan sidang Syuriah.
Minggu malam lalu 3 komisi Tanfidziah memang sudah selesai. Tapi
masih ada satu soal dalam Komisi A (organisasi) yang macet --
yaitu tatacara pemilihan PB NU yang baru -- sementara Komisi B
(program) dan C (umum) rampung seluruhnya. Tak ada kesepakatan,
akhirnya diserahkan jalan keluarnya kepada Syuriah.
Ada 4 kemungkinan cara pemilihan yang muncul di Komisi A.
Pertama, seluruh pengurus sampai pengurus harian dipilih
langsung satu-persatu. Kedua, memilih seorang Rois Aam dan Ketua
Umum ditambah beberapa orang dari Jawa dan luar Jawa. Ketiga,
dipilih secara paket 5 orang yaitu Rois Aam, Wakilnya, Rois
Awal, Ketua Umum dan Wakil. Keempat, dipilih 5 orang tanpa
jabatan.
Semula Rois Aam KH Bisri Sansuri menolak buat memutus, meski
akhirnya memberikan pertimbangan agar alternatif-alternatif itu
sedapat mungkin dicapai secara mufakat tanpa voting. Tapi ia
juga menitipkan alternatif kelima yang hampir sama dengan
alternatif ketiga tapi dipilih satu-persatu, bukan secara paket.
Dipimpin KH Bisri dan KH Masykur, sidang khusus Syuriah itu
berlangsung sampai jam 4 dinihari. Tak sedikit para ulama yang
umumnya sudah udzur itu terkantuk-kantuk. Meski begitu sidang
nonstop itu cukup bersemangat sementara asap rokok memenuhi
ruang sidang. Tak jarang terdengar tepuk-tangan dan sorak-sorai
-- hal yang tak biasa dalam sidang Syuriah.
Menjelang subuh agak tegang. Dalam sidang tertutup itu, kabarnya
KH Masykur bersikeras mempertahankan cara pemilihan ketiga yang
memang konsep PBNU tapi yang sejak mula sudah ditolak Komisi A.
Sampai-sampai ada wilayah yang menentangnya. Akhirnya macet
sidang cuma mampu menciutkan dari 4 menjadi 2 alternatif:
pertama dan kedua.
Mana yang dipilih, padahal tak ada lagi lembaga lain di atas
Syuriah? Seperti kebiasaan dalam kehidupan NU, lalu ditempuh
upaya istikharah -- sembahyang khusus mohon petunjuk Tuhan.
Senin paginya hampir semua peserta tampak kecewa. Sementara itu
di hotel Dibya Puri, Masykur berunding dengan delegasi Jawa
Timur.
Salawat Badar
Ja-Tim tampak lihay, terutama menghadapi "bursa" nama-nama calon
yang diperkirakan bakal duduk sebagai PB NU yang baru.
Dipastikan tetap mendukung Idham Chalid sebagai Ketua Umum, rapi
Ja-Tim juga melemparkan berbagai pancingan. Mula-mula
mengedarkan selebaran yang mencalonkan Idham sebagai Rois Aam
dan Dr. Tolchah Mansur, dosen IAIN Sunan Kalijaga Yogya, sebagai
Ketua Umum.
Tolchah sendiri hanya tertawa. "Ini kan pencalonan liar,"
katanya. Sesudah itu Ja-Tim tampil lagi dengan selebaran lain,
mencalonkan KH Bisri sebagai Rois Akbar, KH Idham Chalid Rois
Aam dan KHA Syaikhu sebagai Ketua Umum.
Tapi yang paling menonjol adalah Idham dan Syaikhu. Berusaha
memperlunak persaingannya dengan Idham, Syaikhu menyebar edaran
tentang adanya "kerjasama dan perjanjian yang mengikat antara
Pak Idham dan Pak Syaikhu untuk tidak mau dipecah." Syaikhu
sendiri menyebut "kami ini ibarat dwitunggal." Selebaran itu
juga mengesankan kehendak Syaikhu menempatkan Idham sebagai Rois
Aam dan dia sendiri sebagai Ketua Umum.
Akhirnya, istikharah yang dilakukan oleh KH Bisri dan KH Masykur
memberi petunjuk pemilihan dilakukan secara langsung dan
satu-persatu untuk 7 orang dengan jabatannya. Maka hari terakhir
muktamar pun cukup dramatis. Wartawan TEMPO Churozi Mulyo
melaporkan, Senin tengah hari kemarin, ribuan massa NU berkumpul
sekitar GOR, berharap bisa menyaksikan tampilnya pemimpin baru
mereka.
Begitu KH Bisri Sansuri terpilih sebagai Rois Aam, di luar
terdengar warga NU mengumandangkan salawat badar,
mengelu-elukannya. Lalu bersamaan dengan pengumuman terpilihnya
Idham Chalid sebagai Ketua Umum, kebetulan terdengar azan
maghrib dari Baiturrahman. Cuma aneh, sidang nonstop siang
hingga malam itu tak tergoyahkan oleh azan lohor hingga isya.
Tak seorang berniat menskor sidang untuk sembahyang.
Maka tersusunlah PB NU yang baru. KH Bisri-Sansuri, KH Anwar
Musyaddad, KH Ali Yafi dan KH Masykur sebagai Rois Aam, Wakil
Rois Aam, Rois I dan Rois II (Syuriah) sedang KH Idham Chalid,
H. Imam Sofwan dan H. Yusuf Hasyim masing-masing sebagai Ketua
Umum, Wakil Ketua Umum dan Ketua I (Tanfidziah). Adapun KHA
Syaikhu, begitu dikalahkan Idham Chalid dengan angka 243-132,
menyatakan tidak bersedia duduk dalam PB NU yang baru. Dan
siang itu juga ia meninggalkan Semarang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini