Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Tetap Saja Bisri-Idham

Muktamar NU di Semarang menetapkan K.H. Bisri Sansuri sebagai Rois Aam dan Idham Chalid sebagai Ketua Umum PB Nahdlatul Ulama. (nas)

16 Juni 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MALAM sudah larut dan sepi ketika puluhan ulama berbondong dari mesjid Baiturrahman, menyeberang ke Gedung Olah Raga (GOR) di Simpang Lima, Semarang. Mereka selesai dengan sidang Syuriah. Minggu malam lalu 3 komisi Tanfidziah memang sudah selesai. Tapi masih ada satu soal dalam Komisi A (organisasi) yang macet -- yaitu tatacara pemilihan PB NU yang baru -- sementara Komisi B (program) dan C (umum) rampung seluruhnya. Tak ada kesepakatan, akhirnya diserahkan jalan keluarnya kepada Syuriah. Ada 4 kemungkinan cara pemilihan yang muncul di Komisi A. Pertama, seluruh pengurus sampai pengurus harian dipilih langsung satu-persatu. Kedua, memilih seorang Rois Aam dan Ketua Umum ditambah beberapa orang dari Jawa dan luar Jawa. Ketiga, dipilih secara paket 5 orang yaitu Rois Aam, Wakilnya, Rois Awal, Ketua Umum dan Wakil. Keempat, dipilih 5 orang tanpa jabatan. Semula Rois Aam KH Bisri Sansuri menolak buat memutus, meski akhirnya memberikan pertimbangan agar alternatif-alternatif itu sedapat mungkin dicapai secara mufakat tanpa voting. Tapi ia juga menitipkan alternatif kelima yang hampir sama dengan alternatif ketiga tapi dipilih satu-persatu, bukan secara paket. Dipimpin KH Bisri dan KH Masykur, sidang khusus Syuriah itu berlangsung sampai jam 4 dinihari. Tak sedikit para ulama yang umumnya sudah udzur itu terkantuk-kantuk. Meski begitu sidang nonstop itu cukup bersemangat sementara asap rokok memenuhi ruang sidang. Tak jarang terdengar tepuk-tangan dan sorak-sorai -- hal yang tak biasa dalam sidang Syuriah. Menjelang subuh agak tegang. Dalam sidang tertutup itu, kabarnya KH Masykur bersikeras mempertahankan cara pemilihan ketiga yang memang konsep PBNU tapi yang sejak mula sudah ditolak Komisi A. Sampai-sampai ada wilayah yang menentangnya. Akhirnya macet sidang cuma mampu menciutkan dari 4 menjadi 2 alternatif: pertama dan kedua. Mana yang dipilih, padahal tak ada lagi lembaga lain di atas Syuriah? Seperti kebiasaan dalam kehidupan NU, lalu ditempuh upaya istikharah -- sembahyang khusus mohon petunjuk Tuhan. Senin paginya hampir semua peserta tampak kecewa. Sementara itu di hotel Dibya Puri, Masykur berunding dengan delegasi Jawa Timur. Salawat Badar Ja-Tim tampak lihay, terutama menghadapi "bursa" nama-nama calon yang diperkirakan bakal duduk sebagai PB NU yang baru. Dipastikan tetap mendukung Idham Chalid sebagai Ketua Umum, rapi Ja-Tim juga melemparkan berbagai pancingan. Mula-mula mengedarkan selebaran yang mencalonkan Idham sebagai Rois Aam dan Dr. Tolchah Mansur, dosen IAIN Sunan Kalijaga Yogya, sebagai Ketua Umum. Tolchah sendiri hanya tertawa. "Ini kan pencalonan liar," katanya. Sesudah itu Ja-Tim tampil lagi dengan selebaran lain, mencalonkan KH Bisri sebagai Rois Akbar, KH Idham Chalid Rois Aam dan KHA Syaikhu sebagai Ketua Umum. Tapi yang paling menonjol adalah Idham dan Syaikhu. Berusaha memperlunak persaingannya dengan Idham, Syaikhu menyebar edaran tentang adanya "kerjasama dan perjanjian yang mengikat antara Pak Idham dan Pak Syaikhu untuk tidak mau dipecah." Syaikhu sendiri menyebut "kami ini ibarat dwitunggal." Selebaran itu juga mengesankan kehendak Syaikhu menempatkan Idham sebagai Rois Aam dan dia sendiri sebagai Ketua Umum. Akhirnya, istikharah yang dilakukan oleh KH Bisri dan KH Masykur memberi petunjuk pemilihan dilakukan secara langsung dan satu-persatu untuk 7 orang dengan jabatannya. Maka hari terakhir muktamar pun cukup dramatis. Wartawan TEMPO Churozi Mulyo melaporkan, Senin tengah hari kemarin, ribuan massa NU berkumpul sekitar GOR, berharap bisa menyaksikan tampilnya pemimpin baru mereka. Begitu KH Bisri Sansuri terpilih sebagai Rois Aam, di luar terdengar warga NU mengumandangkan salawat badar, mengelu-elukannya. Lalu bersamaan dengan pengumuman terpilihnya Idham Chalid sebagai Ketua Umum, kebetulan terdengar azan maghrib dari Baiturrahman. Cuma aneh, sidang nonstop siang hingga malam itu tak tergoyahkan oleh azan lohor hingga isya. Tak seorang berniat menskor sidang untuk sembahyang. Maka tersusunlah PB NU yang baru. KH Bisri-Sansuri, KH Anwar Musyaddad, KH Ali Yafi dan KH Masykur sebagai Rois Aam, Wakil Rois Aam, Rois I dan Rois II (Syuriah) sedang KH Idham Chalid, H. Imam Sofwan dan H. Yusuf Hasyim masing-masing sebagai Ketua Umum, Wakil Ketua Umum dan Ketua I (Tanfidziah). Adapun KHA Syaikhu, begitu dikalahkan Idham Chalid dengan angka 243-132, menyatakan tidak bersedia duduk dalam PB NU yang baru. Dan siang itu juga ia meninggalkan Semarang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus