Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Pandeglang - Sekitar ribuan warga pesisir Pantai Pandeglang, Banten, disebut mengungsi akibat diterjang tsunami dan gelombang tinggi yang melanda pada Sabtu malam, 22 Desember 2018 sekitar pukul 21.20 WIB.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mereka mengungsi ke sejumlah lokasi yang jauh dari pantai seperti ke masjid, sekolah, perkantoran, terminal dan gedung tsunami. "Kita bersama keluarga mengungsi ke masjid jami Al Mukmin," kata Yudi, warga Lantera, Desa Cigodang Kecamatan Labuan, Pandeglang, Ahad, 23 Desember 2018.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Rumah Yudi roboh diterjang air. Namun ia bersyukur karena sempat menyelamatkan diri bersama keluarganya menuju perbukitan yang jaraknya mencapai dua kilometer.
Yudi mengatakan ketinggian air laut sangat menakutkan karena arusnya cukup kuat. Warga yang panik langsung menyelamatkan diri dengan berlarian ke perbukitan. Saat ini, kata dia, dirinya mengungsi di masjid bersama isteri dan dua anak.
Saat gelombang tsunami terjadi, dirinya tengah duduk di halaman rumah yang jaraknya sekitar 200 meter ke pantai. Namun, tiba-tiba air laut datang menerjang pemukiman masyarakat hingga kendaraan terseret dan ratusan rumah roboh. "Kami tidak terbayangkan jika tengah tidur, karena gelombang pasang itu cukup tinggi hingga lima meter," kata Yudi.
Warga lainnya, Memed mengatakan saat gelombang air laut datang, ia langsung membawa anak dan isteri ke tempat yang lebih aman. Ia berlarian dengan kondisi gelap sepanjang 1,5 kilometer untuk menyelamatkan diri dan keluarganya.
"Kami saat ini belum berani kembali ke rumah, karena khawatir terjadi gelombang pasang susulan," kata Memed yang mengungsi di gedung tsunami.
Berdasarkan pantauan Antara, pagi ini hujan lebat turun di lokasi, sehingga para pengungsi belum melihat kondisi rumahnya. Selain itu, mereka belum mendapatkan bantuan makanan. Pemerintah daerah setempat disebut masih melakukan pendataan korban.
Badan Metereologi, Klimatologi dan Geofisika sebelumnya menyebut gelombang air laut yang menerjang permukiman warga di pesisir pantai Banten itu sebagai gelombang pasang. Namun belakangan BMKG meralatnya sebagai tsunami setelah mendapat informasi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi bahwa ada aktivitas dari Gunung Anak Krakatau.