Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Menteri Perlindungan Pekerja Migran Indonesia atau P2MI Dzulfikar Ahmad Tawalla mengatakan WNI yang menjadi korban penembakan oleh aparat keamanan Malaysia tidak melakukan serangan terlebih dahulu. Dzulfikar membantah tuduhan Agensi Penguatkuasaan Maritim Malaysia (APMM) yang menyebut para pekerja migran itu menyerang kapal patroli terlebih dahulu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Hasil koordinasi dengan atase kepolisian kita di Malaysia menyebutkan bahwa WNI kita tidak melakukan perlawanan. Apalagi menggunakan senjata tajam,” kata Dzulfikar saat dihubungi Tempo pada Sabtu, 1 Februari 2025.
Menurut Dzulfikar, cerita dari versi korban itu didapat setelah KBRI dan atase kepolisian menjenguk dua korban yang telah siuman. Hingga saat ini, kata dia, Kementerian P2MI masih terus berkoordinasi dengan sejumlah pihak terkait untuk mendalami fakta lain dari kejadian tersebut.
Sebelumnya, pihak APMM menyatakan kapal yang ditumpangi WNI menyerang aparat saat dicegat di perairan Tanjung Rhu, Selangor, pada Jumat dinihari, 24 Januari 2025. Penyerangan itu dijadikan alasan tim patroli melepaskan tembakan ke arah kapal yang sedianya akan mengangkut sejumlah WNI dari Selangor menuju Dumai secara ilegal. Penembakan itu menyebabkan satu WNI tewas dan empat lainnya luka-luka.
Atase Kepolisian KBRI di Malaysia Komisaris Besar Juliarman Eka Putra Pasaribu mengatakan kapal yang ditumpangi sejumlah pekerja migran Indonesia itu memang berusaha melarikan diri ketika diminta berhenti oleh pihak APMM. Kapal itu mengangkut sejumlah WNI yang masuk ke Malaysia secara ilegal dan hendak kembali lagi ke Indonesia.
“Mereka hendak menuju Dumai dengan membayar sejumlah uang kepada agen yang akan menyelundupkan,” kata Juliarman.
Sebelum peristiwa penembakan terjadi, kata Juliarman, tim patroli APMM meminta kapal yang mengangkut WNI itu berhenti dan memberikan identitas. Namun kapal yang ditumpangi pekerja migran itu mengabaikan perintah dan melarikan diri dengan kecepatan tinggi.
Dia mengatakan sempat terjadi aksi kejar-kejaran. Namun tim patroli APMM tak mampu mencegah kapal itu karena melaju dengan kecepatan tinggi. “Kapalnya menggunakan tiga mesin, karena tidak terkejar, mereka melepaskan tembakan sebanyak sepuluh kali ke arah target dan akhirnya melukai penumpang di dalamnya,” kata Juliarman.
Nandito Putra berkontribusi pada artikel ini.
Pilihan editor: Komisi IV DPR Dorong Polri Usut Dalang Pagar Laut di Tangerang