Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Warga Terkena Dampak Erupsi Merapi Sulit Dapatkan Masker

Penerbangan di Bandar Udara Adi Soemarmo, Solo, sempat terhenti.

4 Maret 2020 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

JAKARTA - Sebagian warga Kota Solo dan sekitarnya yang terkena dampak erupsi Gunung Merapi, kemarin, menyatakan kesulitan mendapatkan masker. Mereka terpaksa melakukan kegiatan tanpa penutup hidung dan mulut ini di tengah erupsi yang diiringi dengan semburan material berupa abu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seorang warga Solo, Waluyo, menyatakan sulit mencari masker sejak Januari lalu, terutama sejak wabah virus corona atau Covid-19 menyebar. "Hari ini (kemarin) benar-benar kosong," katanya. Di tengah hujan abu Merapi, dia terpaksa berangkat kerja menggunakan sepeda motor tanpa mengenakan masker.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurut dia, masker susah dicari setelah pemerintah mengumumkan dua warga Kota Depok positif terjangkiti virus corona, Senin lalu. "Lha, kok kebetulan hampir bersamaan dengan hujan abu tadi pagi (kemarin)," katanya, mengeluh. Ia mengatakan, sebelumnya masker masih bisa dibeli di beberapa apotek di Solo meski ada pembatasan pembelian.

Gunung Merapi mengeluarkan erupsi setinggi 6.000 meter di atas puncak dengan durasi 450 detik dan membuat awan panas bergerak sejauh 2 kilometer ke arah Kali Gendol di lereng gunung ini, kemarin subuh. Abu menyembur hingga ke Kota Solo, yang berjarak sekitar 30 km dari titik semburan.

Erupsi Gunung Merapi kembali terjadi berselang 19 hari dengan letusan terakhir pada 13 Februari lalu. Sejak 21 Mei 2018, Merapi berstatus waspada atau level II. Berdasarkan informasi dari Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), awan panas teramati sejauh kurang dari 2 km di sektor selatan-tenggara. Angin saat kejadian letusan mengarah ke utara-timur.

Heru Mulyanto, warga Sukoharjo, juga mengatakan hal yang sama dengan Waluyo. "Saya berangkat kerja ke Solo tanpa menggunakan masker standar," ujarnya. Akibat susah mendapatkan masker, dia membeli kain penutup hidung dan mulut di toko perlengkapan sepeda motor. Walaupun tidak memenuhi standar kesehatan, menurut dia, kain itu cukup membantu. "Lumayan, bisa menghambat debu masuk hidung," katanya.

Di tengah susahnya mendapatkan masker, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Solo berinisiatif membagikan masker untuk para pengguna jalan. Meski begitu, jumlah masker yang dibagikan juga sangat terbatas. "Kami membagikan 2.000 masker," kata Kepala BPBD Kota Solo Eko Prajudhy Noor Aly.

Erupsi Merapi juga mengakibatkan aktivitas penerbangan di Bandar Udara Adi Soemarmo, Solo, sempat dihentikan. Akibat erupsi ini, pengelola Bandara Adi Soemarmo juga memilih menutup sementara pengoperasian untuk keselamatan penerbangan. "Kami tutup hingga siang," kata juru bicara Angkasa Pura I Bandara Adi Sumarmo, Danar Dewi.

Bandara mulai ditutup untuk penerbangan pada 09.10 WIB dan kembali dibuka untuk penerbangan komersial pada pukul 15.38 WIB. Terdapat empat penerbangan yang terkena dampak erupsi ini, yakni Lion Air rute Solo-Jakarta, Garuda Indonesia rute Jakarta-Solo-Jakarta, Citilink rute Jakarta-Solo-Jakarta, dan AirAsia rute Bali-Solo-Bali.

Di Yogyakarta, erupsi Merapi tidak mengganggu penerbangan Bandara Adisutjipto dan Yogyakarta International Airport. Juru bicara PT Angkasa Pura I Bandara Adisutjipto, Rio Hendarto, mengatakan pengetesan yang dilakukan pihak bandara menunjukkan hasil negatif untuk Adisutjipto sehingga penerbangan tetap normal. "Begitu juga penerbangan di Yogyakarta International Airport tidak terganggu," ucapnya, kemarin.

BPBD Daerah Istimewa Yogyakarta menyatakan erupsi kali ini mengakibatkan terjadinya persiapan pergerakan warga di lereng Merapi sisi timur, yakni di wilayah Kalitengah Lor dan Kalitengah Kidul. Alat transportasi disiapkan secara mandiri oleh warga. "Ada pembagian masker oleh BPBD Sleman dan BPBD Daerah Istimewa Yogyakarta di wilayah tersebut," kata Kepala BPBD Daerah Istimewa Yogyakarta Biwara Yuswantana.

Kepala BPPTKG Hanik Humaida mengatakan hujan abu dilaporkan terjadi dalam radius 10 km dari puncak, terutama pada sektor utara, seperti di wilayah Kecamatan Musuk dan Cepogo di Boyolali. Hujan abu bercampur pasir dilaporkan terjadi di wilayah Desa Mriyan, Boyolali, yang berjarak sekitar 3 km dari puncak Merapi.

Hanik menuturkan kejadian letusan semacam ini masih dapat terus terjadi. Ancaman bahaya letusan ini berupa awan panas yang bersumber dari bongkaran material kubah lava dan lontaran material vulkanis dengan jangkauan kurang dari 3 km, berdasarkan volume kubah yang sebesar 396 ribu meter kubik. "Sebagai indikasi suplai magma dari dapur magma Gunung Merapi masih berlangsung," tuturnya. AHMAD RAFIQ | MUH SYAIFULLAH | DIKO OKTARA


Warga Terkena Dampak Erupsi Merapi Sulit Dapatkan Masker

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus