Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Achmad Helmi, dinobatkan sebagai wisudawan tertua pada wisuda ke-127 Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) pada Sabtu, 18 Maret lalu. Helmi berhasil menamatkan studi magister di Departemen Manajemen Sekolah Interdisiplin Manajemen dan Teknologi (SIMT) ITS pada usia 69 tahun 8 bulan.
Selama 35 tahun, Helmi menekuni sektor konstruksi Indonesia yang mulai berkembang pesat di tahun 1980. Ia mengungkapkan setelah era reformasi peraturan dalam bidang konstruksi terus mengalami perubahan. “Dari situ, saya merasa terpacu untuk memperbarui ilmu yang saya miliki, yakni dengan menempuh perkuliahan kembali,” ungkapnya dilansir dari laman ITS pada Rabu, 29 Maret 2023.
Gelar M.T. yang didapatnya menggenapkan jumlah gelar magisternya yang ke-10. Selain gelar magister, laki-laki kelahiran Tanjung Pinang ini juga diketahui telah menyandang dua gelar doktor. Dia mengaku kuliah sebagai hobinya. “Dengan terus menuntut ilmu, ada banyak kesempatan yang terbuka bagi saya, salah satunya dalam bergaul dengan rekan yang lebih muda,” tuturnya.
Meski sudah resmi pensiun sejak lima tahun lalu, ia masih bekerja dengan kontrak tahunan sebagai asesor instruktur. Dia pernah mengabdi selama 30 tahun di Pekerjaan Umum Bina Marga. Menurut dia belajar hingga lanjut usia telah membuka peluang karier baginya.
“Ilmu Manajemen Proyek yang saya dapatkan selama perkuliahan sangat mendukung profesi saya sekarang,” katanya.
Ketika kuliah, Helmi mengalami berbagai tantangan perkuliahan daring saat pandemi Covid-19. Ia mengaku terkadang cukup sulit untuk dapat mengikuti perkembangan teknologi dalam dunia perkuliahan, terlebih di usianya sekarang. “Beruntungnya, kebersamaan dengan mahasiswa magister lain membuat saya merasa terbantu,” ucapnya.
Untuk menyelesaikan studi magisternya, Helmi mengangkat tesis berjudul Analisis Pengaruh Protokol Pencegahan Penyebaran Covid-19 terhadap Keterpaparan Pekerja Konstruksi. Dalam penelitiannya, ia mengungkapkan keprihatinan terhadap banyaknya pekerja di sektor konstruksi yang terdampak pandemi Covid-19. “Mobilitas tenaga kerja di konstruksi sangat dinamis, sehingga rentan terhadap risiko kesehatan terinfeksi Covid-19,” jelasnya.
Dengan bimbingan I Putu Artama Wiguna, bapak satu anak ini berhasil merampungkan penelitiannya dengan baik. “Ilmu bak investasi berharga yang harus kita tanam dan tumbuhkan. Kemudian, hasilnya dapat kita panen agar bermanfaat bagi orang lain,” pesannya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini