Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta-Ketua Bidang Jaringan dan Kampanye Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI ) Arip Yogiawan mengatakan terjadinya peretasan media sosial terhadap aktivis sosial belakangan ini menunjukkan banyaknya orang antikritik.
Yogi, sapaan Arip, mengatakan hal ini merugikan baik untuk pribadi maupun kehidupan yang lebih luas. "Karena orang akan berhati-hati dan terbatas dalam melakukan kritik. Padahal kritik merupakan vitamin bagi demokrasi," kata Yogi kepada Tempo, Senin, 15 Juni 2020.
Yogi mengatakan kritik selama ini dipandang sebagai protes. Namun dalam situasi, protes itu juga bisa dikaitkan sebagai upaya memperjuangkan hak. Baik hak dalam bentuk kebebasan menyatakan pendapat, berekspresi, dan sebagainya. "Jika saja saat ini ajang-ajang seperti itu, baik mimbar akademis maupun peretasan media sosial terjadi di mana-mana, artinya sedang terjadi dekadensi demokrasi,"ujar Yogi.
Yogi mengimbuhkan, di masa pandemi Covid-19 ini masyarakat dianjurkan untuk melakukan penjarakan interaksi fisik dan sosial. Komunikasi pun otomatis lebih banyak menggunakan teknologi digital yang terhubung ke internet.
Ia mengatakan, kecenderungan setiap orang menggunakan media sosial sebagai media komunikasi semakin meningkat. Termasuk juga ekspresi politik, kritik, atau gagasan-gagasan. Namun ternyata belakangan ini malah marak peretasan media sosial atau akun komunikasi, terutama terhadap individu atau kelompok yang mengkritik negara.
Senin siang, akun Instagram Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia, yayasanlbhindonesia, diambil alih pihak lain. Pada Ahad kemarin, 14 Juni 2020, YLBHI menggelar diskusi bertajuk 'Tanda-tanda Otoritarianisme Pemerintah' melalui kanal Youtube. Diskusi itu menghadirkan Asfinawati, Ketua Bidang Hukum dan HAM PP Muhammadiyah Busyro Muqoddas, dosen FISIP UPN Veteran Jakarta Sri Lestari Wahyuningroem, dan Direktur Center for Media and Democracy LP3ES Wijayanto.
Yogi tak tahu pasti kaitan antara peretasan akun Instagram YLBHI dengan diskusi kemarin. "Saya kurang tahu. Tapi belakangan emang YLBHI kan cukup sering mengkritik (pemerintah)," kata dia.
Sebelumnya, sejumlah panitia diskusi juga mengalami teror dan peretasan di akun Whatsapp. Beberapa di antaranya adalah mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada yang hendak menggelar diskusi tentang pemberhentian presiden, Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia dan mahasiswa Universitas Lampung yang menggelar diskusi tentang Papua, dan lainnya.
BUDIARTI UTAMI PUTRI
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini