Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Editorial

Budi Arie Setiadi, Mundur Sajalah

Menteri Budi Arie Setiadi terseret kasus judi online. Mundur dari jabatan adalah pilihan terbaik.

 

13 November 2024 | 06.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ilustrasi: Tempo/Kuswoyo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Kasus judi online menunjukkan Budi Arie gagal menjalankan tugas dan tanggung jawab sebagai menteri. 

  • Pengunduran diri Budi Arie tak perlu menunggu pengadilan membuktikannya bersalah menerima suap atau aliran dana.

  • Mundur dari sebuah jabatan adalah bentuk tanggung jawab sekaligus budaya malu seorang pemimpin. 

TERSERETNYA nama Budi Arie Setiadi dalam kasus judi online, yang kini tengah diselidiki Kepolisian Daerah Metro Jakarta Raya, sudah cukup buat dia untuk mengundurkan diri dari jabatannya sebagai menteri dalam pemerintahan Prabowo Subianto

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nama Budi Arie disebut-sebut setelah penyidik menetapkan 18 tersangka—sepuluh di antaranya adalah pegawai Kementerian Komunikasi dan Digital. Mereka diduga melindungi seribu akun judi online agar tidak diblokir oleh pemerintah. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sebelum menjadi Menteri Koperasi, Budi Arie adalah orang nomor satu di Kementerian Komunikasi dan Informatika, sebelum bersalin nama menjadi Kementerian Komunikasi dan Digital. Kasus ini menunjukkan Budi Arie gagal menjalankan tugas dan tanggung jawab sebagai menteri. 

Pengunduran diri Budi tak perlu menunggu pengadilan membuktikannya bersalah menerima suap atau aliran dana. Dia tidak perlu menunggu terbukti secara sah terlibat korupsi penyalahgunaan kekuasaan. Mundur dari sebuah jabatan adalah bentuk tanggung jawab sekaligus budaya malu seorang pemimpin. 

Inkompetensi Budi Arie dalam menjalankan amanah sebagai pejabat publik telah terang benderang. Ia gagal mengawasi judi online. Budi Arie juga melakukan pembiaran serta lalai atas sepak terjang anak buahnya. 

Bagaimana mungkin terdapat satu komplotan yang melanggar hukum di sebuah kementerian tanpa sepengetahuan menterinya? Praktik lancung pegawai Kementerian Komunikasi dan Digital itu adalah kejahatan lembaga yang terorganisasi dan terstruktur, bukan individu. Sebagai bekas pemimpin tertinggi di Kementerian Komunikasi, Budi Arie harus bertanggung jawab. 

Polisi tidak perlu ragu menyelidiki keterlibatan Budi Arie dalam kasus ini. Bila polisi tidak memeriksa dia, justru akan tersebar prasangka bahwa ada sesuatu yang sengaja ditutup-tutupi dari perkara ini.

Sudah selayaknya Budi Arie juga malu dan tahu diri atas ketidakmampuannya melindungi masyarakat agar tak terjerat judi online. Gara-gara judi online, jumlah kasus kriminalitas bertambah. Ada anak yang tidak bisa meneruskan sekolah karena orang tuanya terjerumus judi online. Akibat judi online, sejumlah orang memilih bunuh diri karena tercekik utang atau pinjaman online. Alasan itu sudah lebih dari cukup untuk Budi Arie mundur dari jabatannya, tak perlu menunggu sampai dipecat atau menjadi tersangka.

Inkompetensi Budi Arie juga terlihat saat ia mengangkat pegawai di kementeriannya. Padahal orang itu sebelumnya gagal dalam seleksi penerimaan pegawai. Tapi Budi Arie menyatakan pegawai yang dia angkat punya keterampilan teknologi informatika yang mumpuni. Belakangan, orang ini menjadi bagian dari komplotan dan tersangka kasus judi online.

Budi Arie mesti bertanggung jawab karena telah meloloskan orang yang menjadi kepanjangan tangan bandar judi online di Kementerian Komunikasi. Bentuk pertanggungjawaban itu cuma satu: mundur dari jabatan. Ia terbukti tidak layak menjadi menteri, meski sekarang sudah berpindah posisi. Berkelit dan menyangkal hanya menunjukkan ia bukanlah seorang yang berwatak kesatria. 

Budi Arie bisa menjadi contoh bagi pejabat lain. Ia bisa memulai sesuatu yang sangat penting, tapi tak pernah hadir dalam budaya politik Indonesia, yakni mundur dari jabatan. Sikap ini merupakan watak pemberani seorang pemimpin yang bertanggung jawab atas segala tindakan, inkompetensi, ataupun kelalaiannya.

Masuk untuk melanjutkan baca artikel iniBaca artikel ini secara gratis dengan masuk ke akun Tempo ID Anda.
  • Akses gratis ke artikel Freemium
  • Fitur dengarkan audio artikel
  • Fitur simpan artikel
  • Nawala harian Tempo
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus