Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati dan Ketua Umum Gerindra Prabowo pernah menjadi kawan maupun lawan. Hubungan keduanya pun mengalami pasang surut seiring dengan posisi politik masing-masing. Megawati dan Prabowo pertama kali bersanding sebagai calon presiden-wakil presiden di Pemilihan Umum 2009. Namun keduanya kalah telak dari pasangan Susilo Bambang Yudhoyono dan Boediono yang meraup 60 persen suara.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pilpres 2009 ini juga menjadi awal mula retaknya hubungan Megawati dan Prabowo lima tahun kemudian. Kala itu, Mega dan Prabowo menandatangani perjanjian di Istana Batu Tulis, Bogor, Jawa Barat yang kelak dikenal sebagai Perjanjian Batu Tulis.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dalam kesepakatan itu, Prabowo meminta diberi keleluasaan mengatur ekonomi Indonesia dan menunjuk sepuluh menteri terkait jika mereka menang pilpres. Adapun Megawati berjanji mendukung pencapresan Prabowo pada pemilihan presiden 2014.
Jauh panggang dari api, PDIP justru mengusung Joko Widodo di pilpres 2014. Sejumlah politikus Gerindra menagih ikrar Megawati. Tak tinggal diam, elite PDIP menyebut kekalahan di pilpres 2009 disebabkan keengganan Prabowo menggelontorkan “logistik” meski kekayaannya ketika itu hampir Rp 2 triliun.
Hubungan kedua partai pun merenggang. Bergandengan dengan Partai Keadilan Sejahtera, Gerindra menjadi oposisi selama lima tahun pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla, pasangan yang diusung PDIP.
Toh, Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto mengatakan hubungan Megawati dan Prabowo selama ini berjalan baik, bahkan pada saat kampanye pemilihan presiden 2019. "Saling menghormati dan tidak pernah terlontar hal-hal yang membuat jarak. Ibu Mega percaya pada kenegarawanan Pak Prabowo," kata Hasto dalam keterangan tertulisnya kemarin, Selasa, 23 Juli 2019.
Hubungan Megawati dan Prabowo tampak dekat kembali ketika keduanya bertemu di arena pencak silat Asean Games 2018 pada Agustus 2019. Prabowo yang juga Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Pencak Silat Indonesia menyambut Megawati, dengan terlebih dulu berganti mengenakan busana adat. "Terus dia menagih janji saya mau bikinin nasi goreng. Pak Prabowo suka nasi goreng saya," ujar Megawati dalam acara Megawati Bercerita di kantor DPP PDIP, Jakarta, Senin, 7 Januari 2019.
Putri proklamator ini juga menceritakan kedekatannya dengan Prabowo dalam pidatonya di Hari Ulang Tahun ke46 PDIP di Jiexpo Kemayoran, Jakarta Pusat, pada Kamis 10 Januari 2019. Mega menyebut hubungannya dengan Prabowo baik-baik saja.
"Saya bilang, saya dan Pak Prabowo berhubungan baik," kata Megawati. Bahkan kata Megawati, orang dekat Prabowo kerap mengatakan kepadanya bahwa Ketua Umum Partai Gerindra itu selalu rindu nasi goreng buatannya. "Orang dekatnya Pak Prabowo bilang, dia kangen lho sama nasi goreng saya," ujar Megawati.
Presiden kelima ini pun pernah menyampaikan keheranannya soal pendukung yang berseteru. Padahal kata dia, para elite politik berhubungan baik dan dekat.
Menjelang pertemuan hari ini, Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto mengatakan pertemuan itu menyangkut aspek mendasar, yakni persahabatan kedua pemimpin. Menurut Hasto, meski pilihan politik berbeda keduanya memiliki komitmen berdialog demi kepentingan bangsa. Namun dia pun mewanti-wanti agar pertemuan tak dimaknai sebagai pembentukan koalisi. "Sebab terkait koalisi pascapilpres, fatsunnya harus dibahas bersama antara Presiden dengan seluruh ketum koalisi."
BUDIARTI UTAMI PUTRI | TEMPO.CO