Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.Co, Jakarta - Ahli Epidemiologi Universitas Indonesia, Syahrizal Syarif, menilai DKI menjadi provinsi paling berisiko terhadap virus Corona atau Covid-19 dengan 67 per 100 ribu penduduk. “Sehingga yang perlu diwaspadai adalah orang Jakarta yang keluar, bukan orang luar yang masuk Jakarta,” ujar Syahrizal dalam keterangan tertulisnya, Jumat, 29 Mei 2020.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Setelah DKI, Kalimantan Utara menjadi provinsi kedua paling berisiko dengan 23 per 100 ribu penduduk. Kemudian Kalimantan Selatan dengan 19 per 100 ribu penduduk, Papua 18 per 100 ribu penduduk, Papua Barat 16 per 100 ribu penduduk, dan Sulawesi Selatan 16 per 100 ribu penduduk.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Adapun menurut Syahrizal, penduduk Jawa Timur bukan yang paling berisiko tertular Covid-19 setelah DKI. “Pemerintah harusnya lebih khawatir dengan wabah di Kalimantan, Papua, dan Sulawesi,” kata Syahrizal.
Syahrizal menerangkan, meski kasus kumulatif positif Covid-19 di Jawa Timur terbanyak setelah DKI, tak lantas menjadikan wilayah tersebut berisiko.
Untuk melihat risiko penduduk tertular Covid-19, kata Syahrizal, tidak bisa didasari dari angka mutlak. Tetapi harus dibandingkan dalam bentuk ukuran insiden kumulatif. “Ukuran ini memasukan faktor besarnya jumlah penduduk di masing-masing provinsi,” katanya.
Syahrizal menjelaskan, angka yang dibandingkan dalam bentuk jumlah kasus per 100 ribu penduduk. Sehingga risiko penduduk antarprovinsi dapat dibandingkan seimbang.
Berdasarkan hitungan tersebut, penduduk Jawa Timur justru menempati posisi ke-11 yang paling berisiko tertular Covid-19, dengan 10 per 100 ribu penduduk.