Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pakar epidemiologi Universitas Indonesia, Pandu Riono, menduga ada penumpukan uji spesimen Covid-19 di laboratorium di Jawa Timur. “Ditumpuk tiga hari, jadi ada (penambahan) 500 kasus,” kata Pandu kepada Tempo, Ahad, 24 Mei 2020.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Data Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 pada 21 Mei 2020 menyebutkan penambahan kasus positif untuk pertama kalinya mencapai angka tertinggi, yaitu 973 kasus. Angka tersebut disumbangkan oleh Jawa Timur dengan 502 kasus.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pandu mengatakan laboratorium di Jawa Timur tidak segera melaporkan hasil pemeriksaan spesimen sampai tiga hari. “Tidak jelas kenapa,” ujarnya.
Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Dardak, melalui akun Instagramnya, mengakui ada penumpukan hasil tes spesimen Covid-19 selama tiga hari, sejak 18-20 Mei 2020. “Ini menunjukkan pentingnya peningkatan kapasitas tes PCR swab,” ujar Emil.
Dalam keterangan yang diunggahnya, sebanyak 96,2 persen atau 488 dari penambahan 502 kasus diumumkan oleh Institute of Tropical Disease (ITD). Alasannya, karena ITD tidak melaporkan sejak 19 Mei. Sehingga, kumulatif kasus sejak 18-20 Mei baru diumumkan pada 21 Mei lalu.
Pemprov Jatim kemudian memberikan 10 ribu reagen PCR untuk mengatasi penumpukan. Selain itu, Pemerintah memberlakukan sistem zonasi laboratorium yang diatur berdasarkan bakorwil, penambahan lab baru, dan pembagian cartridge TCM (tes cepat molekuler).
Dengan sistem zonasi, ITD ke depan hanya menerima sampel Covid dari Surabaya Raya dan Madura untuk mencegah terjadinya penumpukan sampel.