Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Difabel

Cara Insan Tuli Memaknai dan Melakukan Azan

Lantaran tak mendapat pengetahuan tentang ibadah salat, ada insan tuli yang menghitung saat melakukan gerakan salat.

28 Mei 2019 | 10.00 WIB

Seorang muadzin mengumandangkan adzan saat akan melaksanakan salat Jumat pertama di bulan Ramadan di Diyanet Center of America di Lanham, Maryland, 10 Mei 2019. REUTERS/Amr Alfiky
Perbesar
Seorang muadzin mengumandangkan adzan saat akan melaksanakan salat Jumat pertama di bulan Ramadan di Diyanet Center of America di Lanham, Maryland, 10 Mei 2019. REUTERS/Amr Alfiky

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Apakah kamu tahu bagaimana cara insan tuli mengumandangkan azan dan memaknai panggilan salat ini. Pada Senin, 27 Mei 2019, sejumlah insan tuli mempraktekkan tata cara azan di Masjid El Syifa, Ciganjur, Jagakarsa, Jakarta Selatan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Seorang tuli, Bunda Galuh, 39 tahun, mengatakan baru dapat memaknai azan saat berusia 30 tahun. "Sebelumnya saya tidak mengerti apa arti seruan salat yang diucapkan dalam azan karena kurangnya akses informasi keagamaan bagi insan tuli,” ujar Bunda Galuh.

Selain memaknai azan, beberapa insan tuli mengaku tidak mengetahui dan tak paham beberapa bacaan salat. Menurut Bunda Galuh, beberapa temannya yang tuli tidak menerapkan bacaan salat ketika melaksanakan salat.

Bunda Galun menceritakan ada teman tuli yang rajin salat. Lantaran tidak tahu apa bacaan salat, sampai berusia 27 tahun, dia tidak menerapkan bacaan salat melainkan menghitung saat melakukan gerakan salat.

Lantas bagaimana insan tuli melakukan azan dan memaknai bacaan salat? Caranya, azan yang biasa dilafalkan dalam bahasa Arab diterjemahkan ke bahasa Indonesia, kemudian diterjemahkan lagi ke bahasa isyarat.

Insan tuli mengumandangkan azan dengan bahasa isyarat di Masjid El Syifa, Ciganjur, Jagakarsa, Jakarta Selatan, Senin 27 Mei 2019. TEMPO | Cheta Nilawaty

Simulasi pelaksanaan azan oleh insan tuli ini dibantu oleh dua orang muadzin. Satu orang muadzin tetap mengumandangkan azan seperti biasa, lalu di sebelahnya ada muadzin tuli yang kemudian menerjemahkan azan dalam bahasa isyarat.

Gerakan tangan yang dibentuk ketika melakukan azan dalam bahasa isyarat antara lain, jari telunjuk menunjuk ke atas ketika melafaskan "Allahu Akbar". Kemudian melakukan gerakan seperti mengajak, yaitu kedua telapak tangan mengayuh ke arah dada ketika melafalkan "Hayya alashollah". Ada pula beberapa gerakan lain untuk menerjemahkan azan dalam bahasa isyarat.

Sekertaris Dewan Kemakmuran Masjid El Syifa, Hadi Syaifulloh, mengatakan simulasi azan dan salat yang diadakan oleh Disable Enterprise bersama DKM El Syifa ini merupakan cara baru mengajak umat Islam untuk salat. Pengurus Masjid El Syifa juga sedang menerapkan metode panggilan salat untuk difabel agar disiarkan dan diketahui masyarakat.

Hadi Syaifulloh menjelaskan salah satu cara agar azan, isi ceramah, dan bacaan salat bisa diketahui teman tuli adalah dengan menyediakan layar untuk teks berjalan atau running teks di masjid. "Agar teman tuli bisa memperoleh informasi keagamaan karena dalam setiap beribadah kita semua setara," ujar dia.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus