Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Difabel

Cara Penyandang Disabilitas Ganda Tunanetra - Tuli Berkomunikasi

Penyandang disabilitas ganda, tunanetra dan tuli, Emma Boswell menyampaikan bagaimana dia berkomunikasi dan mengidentifikasi subjek dan objek.

6 Mei 2019 | 15.55 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ilustrasi penderita tuli. (shutterstock)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Setiap penyandang disabilitas memiliki cara berkomunikasi dan berinteraksi yang berbeda. Bagi penyandang disabilitas sensorik seperti tuli dan tunanetra, komunikasi dilakukan dengan organ sensorik lain yang masih berfungsi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Misalnya tunanetra, mereka terbiasa mengandalkan suara untuk mengidentifikasi subjek atau objek. Sedangkan Tuli menggunakan organ penglihatan untuk mengidentifikasi subjek atau objek.

Lantas bagaimana dengan penyandang disabilitas yang kehilangan dua organ sensoriknya, yaitu penglihatan dan pendengaran, atau dikenal sebagai deafblindness? Penyandang disabilitas ganda, tunanetra dan tuli dari Inggris, Emma Boswell menyampaikan bagaimana dia berkomunikasi dan mengidentifikasi subjek dan objek.

"Cara utama yang digunakan adalah memaksimalkan penggunaan indera peraba," ujar Emma Boswell dalam seminar Deaf-Blind yang diadakan oleh Gerkatin di Gedung A Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada awal April 2019. Emma Boswell yang bekerja untuk lembaga swadaya masyarakat yang mengadvokasi penyandang Usher Syndrome penyebab kebutaan sekaligus ketulian, ini menjelaskan secara umum penyandang tunanetra dan tuli berkomunikasi melalui dua cara.

Pertama menggunakan metode Socio Haptic, yakni berkomunikasi melalui penggambaran di tubuh, seperti bahu, lengan, atau telapak tangan. Kedua menerapkan metode Tadoma, yaitu pembacaan gerak bibir melalui sentuhan jari.

Dengan cara tersebut, penyandang disabilitas ganda -tunanetra dan tuli, menggunakan ibu jari mereka untuk meraba bentuk bibir dan tiga jari meraba rahang. Sementara jari kelingking merasakan getaran suara yang keluar dari leher lawan bicara.

Untuk memberitahukan masyarakat mengenai identitas mereka, penyandang disabilitas ganda -tuli dan tunanetra, selalu membawa tongkat yang diselempangkan di punggung mereka. "Supaya kami tidak ditabrak orang dari belakang atau depan," ujar Emma.

Tongkat pemandu penyandang tunanetra dan tuli ini tidak hanya berwarna putih, melainkan merah putih. Mereka umumnya membawa tiga jenis tongkat saat bepergian sendiri. Ada tongkat identitas, tongkat identifikasi benda disekitar, dan tongkat untuk berjalan.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus