Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Difabel

Cara Tunanetra Bermain Catur

Cara bermain catur tunanetra dengan non-difabel sama saja. Yang membedakan hanya papan catur dan bidaknya.

1 November 2018 | 09.28 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Edy Suryanto, pecatur tuna netra peraih tiga medali emas dan satu perunggu di ajang Asian Para Games 2018 seusai menerima bonus dari Presiden Joko Widodo di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, 13 Oktober 2018. TEMPO/Ahmad Faiz

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Catur tidak hanya dimainkan oleh non-disabilitas. Strategi menjalankan bidak catur ini juga populer di kalangan Tunanetra. Pada perhelatan olahraga Asian Paragames 2018, dua atlet Tunanetra berhasil mempersembahkan dua medali emas dari cabang olahraga ini.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Atlet catur Pujiono, 41 tahun, mengatakan cara bermain catur tunanetra dengan non-difabel sama saja. "Yang membedakan hanya papan catur dan bidaknya," ujar Pujiono saat dihubungi Tempo, Minggu 28 Oktober 2018. Pada papan catur Tunanetra, di bagian kotak putih dan kotak hitam tidak memiliki penampang yang sama rata.

Biasanya untuk kotak putih permukaannya lebih tinggi daripada kotak hitam. Permukaan yang tidak sama rata ini digunakan sebagai penanda posisi, pemain catur Tunanetra sedang berada di wilayah kotak putih atau kotak hitam.

Pada bagian tengah kotak-kotak dibuat lubang, gunanya sebagai tempat menancapkan gagang bidak catur agar tidak bergeser. "Di bawah bidak catur juga dibuat gagang seperti paku, yang berfungsi untuk menancapkan bidak pada lubang-lubang di permukaan papan catur," ujar Pujiono.

Selain permukaan papan yang tidak sama rata, bidak catur untuk Tunanetra juga diberi tanda. Misalnya, untuk bidak catur berwarna putih, di bagian paling atas bidak diberi paku payung, agar Tunanetra dapat membedakan mana yang putih dan mana yang hitam.

Sementara itu, teknik permainan yang dilakukan hampir sama dengan orang melihat. Hanya saja, Tunanetra lebih banyak menggunakan daya ingat dalam bermain. "Tunanetra harus hapal teknik apa yang digunakan sejak pembukaan, pertengahan, dan akhir permainan," ujar seorang pelatih catur Tunanetra di Jakarta, Ignasius Herjanjam.

Menurut Ignas, agar lebih mudah mempelajari teknik bermain catur, Tunanetra harus menghapal delapan kotak vertikal dan delapan kotak horizontal. Delapan kotak vertikal diberi angka 1-8, sedangkan kotak horizontal ditandai dengan huruf A sampai H. "Dari permainan catur akan dihasilkan ratusan probabilitas perpaduan langkah pada kotak A1 sampai H8," ujar Ignas.

Bila Tunanetra sudah hapal letak kotak, akan lebih mudah bagi mereka mengenali posisi ke mana bidak catur harus dijalankan. "Catur adalah sebuah permainan yang dapat diperhitungkan dan semua langkahnya tercatat, sehingga bisa dipelajari," ujar Ignas.

Ignas yang juga seorang tunanetra mengatakan tidak ada perbedaan signifikan antara mengajarkan Tunanetra atau non-tunanetra bermain catur. Hanya sedikit perbedaan durasi saja, karena teman Tunanetra harus meraba bidak catur dan papan sebelum bermain.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus