Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Cerita Dokter yang Minim Tenaga Obati Korban Tsunami Selat Sunda

Seorang dokter di klinik bercerita kekurangan tenaga menangani korban tsunami selat sunda.

24 Desember 2018 | 06.15 WIB

Personil TNI, Basarnas dan Relawan melakukan pencarian korban di reruntuhan bangunan akibat bencana Tsunami di Desa Way Muli, Kecamatan Rajabasa, Lampung Selatan, Lampung, Ahad, 23 Desember 2018.  ANTARA/Ardiansyah
Perbesar
Personil TNI, Basarnas dan Relawan melakukan pencarian korban di reruntuhan bangunan akibat bencana Tsunami di Desa Way Muli, Kecamatan Rajabasa, Lampung Selatan, Lampung, Ahad, 23 Desember 2018. ANTARA/Ardiansyah

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Banten - Pradipta Aditya, seorang dokter yang bertugas di Klinik Cikadu di Desa Tanjungjaya, Panimbang, Pandeglang, Banten mengatakan beberapa korban tsunami Selat Sunda mengalami robek di bagian kepala dan memar di badan. "Ada yang robek di kepala kurang lebih 4 cm dan dalam kurang lebih satu setengah cm. Di pipi perkiraan juga retak. Itu orang PKL di Hotel Tanjung Lesung," kata dia, Ahad, 23 Desember 2018.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Menurut dia, banyak korban mengalami luka-luka akibat terseret oleh gelombang tsunami. Adapun Jarak antara lokasi bencana tsunami di Tanjung Lesung resort ke kliniknya sekitar 5 kilometer.

Pada saat kejadian, Pradipta mengatakan dirinya sedang tidak berada di klinik saat tsunami Tanjung Lesung terjadi. "Saya di Jakarta kalau sudah masuk waktu libur dan klinik pada hari Sabtu hanya buka setengah hari," kata Pradipta.

Pradipta mengatakan baru mengetahui kejadian itu pada sekitar pukul 23.00 WIB setelah dikabari oleh salah satu paramedis yang berada di sana. "Saat itu saya sedang di luar rumah lagi ngobrol sama teman-teman," kata dia.

Mendengar kejadian itu, Pradipta langsung meminta agar klinik dibuka untuk para korban. Dia pun langsung beranjak pulang meninggalkan teman-temannya dan segera bersiap menuju Klinik untuk menangani para korban tsunami. "Saya ajak istri saya yang juga dokter," kata dia.

Pradipta dan istrinya tiba di sana sekitar pukul Ahad 03.00 WIB. Di sana, kata dia, sudah ada puluhan korban tsunami Tanjung Lesung yang terkapar sedangkan tenaga medis terbatas "Hanya ada tujuh orang. Tiga dokter sisanya paramedis," ujar dia.

Pradipta mengatakan para korban telah mendapat penanganan dini. Tapi, lantaran peralatan tak memadai, mereka kemudian dilarikan di antaranya ke RSUD Berkah, Pandeglang dan Puskesmas Panimbang. Sebagian korban tsunami Tanjung Lesung juga telah dijemput oleh sanak saudara.

Lewat siaran pers pada Ahad sore, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana Sutopo Purwo Nugroho mengatakan korban meninggal akibat tsunami Selat Sunda berjumlah 222 orang. Sementara, 843 orang luka-luka dan 28 orang hilang.

Devy Ernis

Devy Ernis

Bergabung dengan Tempo sejak April 2014, kini staf redaksi di Desk Nasional majalah Tempo. Memimpin proyek edisi khusus perempuan berjudul "Momen Eureka! Perempuan Penemu" yang meraih penghargaan Piala Presiden 2019 dan bagian dari tim penulis artikel "Hanya Api Semata Api" yang memenangi Anugerah Jurnalistik Adinegoro 2020. Alumni Sastra Indonesia Universitas Padjajaran.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus