Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Dewan Adat Papua Suarakan Kemerdekaan di Peringatan 1 Desember

Dewan Adat Papua memperingati hari lahir bangsa Papua pada 1 Desember dengan beribadah syukur. Mereka juga menyuarakan kemerdekaan Papua.

1 Desember 2017 | 19.47 WIB

Peserta aksi berorasi saat demo untuk merayakan Hari Kemerdekaan Papua Barat dan menuntut penutupan PT Freeport Indonesia, di Jakarta, 1 Desember 2017. TEMPO/Subekti
Perbesar
Peserta aksi berorasi saat demo untuk merayakan Hari Kemerdekaan Papua Barat dan menuntut penutupan PT Freeport Indonesia, di Jakarta, 1 Desember 2017. TEMPO/Subekti

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Dewan Adat Papua wilayah III Domberai di Manokwari menggelar ibadah syukur memperingati hari lahir bangsa Papua pada Jumat 1 Desember 2017. Mereka yang mengikuti acara tersebut terdiri atas pemuda, mahasiswa, dan orang tua.

John Warijo, Ketua DAP Wilayah III Doberai, mengatakan eksistensi orang asli Papua hingga saat ini masih kuat. "Meski diterpa badai, kami masih tetap ada untuk menjaga negeri kami sebagai anak adat," katanya di Manokwari.

Menurut John, peringatan 1 Desember, yang tahun ini memasuki usia 56 tahun kelahiran bangsa Papua, dirayakan untuk mengungkap jati diri orang asli Papua sehingga tetap dipertahankan dan tak dapat dipisahkan dari sejarahnya.

Baca juga: Lenis Kogoya Benarkan Info Panglima OPM Yapen Timur Gabung NKRI

John menuturkan, dalam kesempatan ini, ia meminta pemerintah mendengarkan keinginan warga Papua, yaitu sebuah kemerdekaan. " RI (Republik Indonesia) pasti tolak kemauan kami untuk merdeka, tapi bukan berarti kami putus asa. Kami akan terus suarakan itu," ujarnya.

Hingga kini, menurut John, kian jelas bahwa orang asli Papua makin dimarjinalkan. Bahkan dia mengkhawatirkan ras Melanesia Papua akan punah dan hanya tinggal sejarah pada suatu hari nanti.

"Setengah abad lagi kita bisa punah. Ini yang jadi alasan kenapa kami ingin merdeka. Apalagi catatan pelanggaran HAM (hak asasi manusia) terus bertambah dan pihak yang ingin menyuarakan tentang keadilan itu sering dianggap separatis," ucapnya.

John meminta tak ada lagi pendekatan militer karena warga Papua juga butuh perlindungan HAM.

Adapun Wilson Wader, koordinator ibadah syukuran 1 Desember 2017, mengatakan gerakan perjuangan Papua untuk menuju kemerdekaan penuh bukan sebuah kepentingan.

Baca juga: Wiranto: Ada Lembaga Asing Kompori Isu Kemerdekaan Papua

"Tapi, bagi kami, perjuangan ini merupakan kebutuhan besar bangsa Papua mengingat OAP makin sedikit," tuturnya.

Wilson bahkan menduga fasilitas pembangunan berupa akses jalan dan sebagainya bukan untuk orang asli Papua, melainkan guna memudahkan arus masuknya transmigrasi ke pelosok Papua.

Menurut Wilson, momen kebangkitan bangsa Papua pada 1 Desember 1961 untuk mengungkapkan bahwa sebagai bangsa mereka ingin merdeka.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus