Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Kisah 2 Prajurit Marinir Evakuasi Jenazah Korban G30S di Lubang Buaya

Hari ini, 4 Oktober, 56 tahun lalu dilakukan evakuasi 7 pahlawan revolusi korban G30S dari sumur Lubang Buaya. 2 prajurit marinir ini berkisah.

4 Oktober 2021 | 20.15 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Monumen Pancasila Sakti karya Edhi Sunarso di Lubang Buaya, Jakarta. Dok. TEMPO/Dwianto Wibowo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Peristiwa Gerakan 30 September atau G30S merupakan peristiwa berdarah yang menyisakan luka mendalam bagi Republik Indonesia. Sebanyak enam jenderal dan satu perwira menjadi korban pembunuhan dan mayatnya dibuang ke sebuah sumur di kawasan Lubang Buaya, Jakarta Timur. Sumur yang kedalamannya mencapai 15 meter dan sempit membuat proses evakuasi menjadi menegangkan. 

Dikutip dari catatan Cornell University Press (1966), jenazah enam jenderal dan satu perwira ditemukan pada 4 Oktober 1965 di sumur Lubang Buaya oleh satuan Resimen Para Anggota Komando Angkatan Darat (RPKAD). Melalui akun YouTube MTATV, mantan prajurit marinir sekaligus saksi sejarah, Pelda (Purn) Sugimin dan Pelda (Purn) Evert Julius Ven Kandou menceritakan kilas balik peristiwa tersebut.

Julius dan Sugimin merupakan dua prajurit yang pada waktu itu tergabung dalam pasukan evakuasi jenazah pahlawan revolusi di Lubang Buaya. Pengangkatan jenazah tersebut merupakan perintah langsung Mayjen Pangkostrad Soeharto. Keduanya menceritakan bahwa bahwa suasana lokasi evakuasi sangat menegangkan.

Situasi menegangkan tersebut diperparah dengan bau yang sangat menyengat yang berasal dari sumur tempat pembuangan jenazah enam jenderal dan satu perwira korban G30S. Bau tidak sedap sudah bisa terhirup pada jarak 100 meter. Saking tidak sedapnya bau tersebut, Sugimin dan Julius bahkan mengaku tidak mau makan dua hari setelah proses evakuasi tersebut.

Ketika mendekati sumur pembuangan jenazah, pasukan evakuasi hanya mampu melihat kaki para jenderal yang dibuang. Hal tersebut menunjukkan bahwa jenazah para jenderal dibuang dengan posisi kepala di bawah. Proses evakuasi dilakukan dengan cara menarik jenazah dari sumur dengan menggunakan tali. Ketika proses tersebut dilakukan, jenazah Ahmad Yani dan Sutoyo sempat terjatuh ke dasar sumur kembali karena talinya tidak kuat.

Tujuh jenazah yang berhasil dievakuasi dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata pada 5 Oktober 1965, lima hari setelah tragedi G30S. Pemakaman jenazah tersebut dilakukan bersamaan dengan HUT ke-20 Angkatan Bersenjata Republik Indonesia.

NAOMY A. NUGRAHENI 

Baca: Kisah Sukitman Polisi Lolos dari Tragedi G30S dan Saksi Peristiwa Lubang Buaya

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus