Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Mahasiswa Aliansi Sodara Gelar Aksi di Kantor Gibran, Kritik Jokowi dari Bansos hingga Politik Dinasti

Seratusan mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Solidaritas Perlawanan Rakyat Solo Raya atau Sodara turun ke jalan dalam aksi unjuk rasa di Kota Solo, Jawa Tengah, Kamis siang, 8 Februari 2024. Mereka menyerukan tentang situasi Indonesia darurat demokrasi dan menuntut agar demokrasi dikembalikan kepada rakyat.

8 Februari 2024 | 18.29 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Seratusan mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Solidaritas Perlawanan Rakyat Solo Raya atau Sodara turun ke jalan dalam aksi unjuk rasa di Kota Solo, Jawa Tengah, Kamis siang, 8 Februari 2024. TEMPO/SEPTHIA RYANTHIE

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Solo - Seratusan mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Solidaritas Perlawanan Rakyat Solo Raya atau Sodara turun ke jalan dalam aksi unjuk rasa di Kota Solo, Jawa Tengah, Kamis siang, 8 Februari 2024. Mereka menyerukan tentang situasi Indonesia darurat demokrasi dan menuntut agar demokrasi dikembalikan kepada rakyat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pantauan Tempo, aksi unjuk rasa tersebut dimulai dari kawasan Benteng Vastenburg Solo setelah massa mulai berkumpul di tempat itu sekitar pukul 13.00 WIB. Massa kemudian berjalan kaki menuju kantor Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka di kompleks Balai Kota Solo, sembari menyerukan orasi. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Massa unjuk rasa merupakan gabungan dari berbagai elemen di antaranya mahasiswa dari sejumlah organisasi seperti HMI, GMNI, KAMMI, BEM Unisri, juga dari sejumlah elemen masyarakat, dan ormas. Mereka membentangkan banyak spanduk dengan berbagai tulisan yang bertema kritik terhadap kinerja pemerintah.

Spanduk-spanduk itu di antaranya bertuliskan "Menolak Politik Dinasti", "Demokrasi Dimanipulasi Asam Sulfat", "Kembalikan Demokrasi untuk Rakyat", "Reformasi Dikebiri", "Bansos diobral di mana-mana, di mana arti sebuah negara?", dan sejumlah kalimat kritik lainnya. 

Orasi yang disampaikan di antaranya mengkritisi pemerintahan Presiden Jokowi, bahkan sempat menyerukan agar Jokowi turun dari jabatannya. Mereka sempat membakar ban di tengah lokasi aksi. Namun, aparat kepolisian yang sebelumnya sudah bersiaga mengamankan aksi itu segera memadamkan api.

Koordinator aksi dari unsur mahasiswa, Fierdha Abdullah Ali mengemukakan aksi unjuk rasa itu diikuti berbagai elemen, termasuk mahasiswa dan masyarakat umum. Melalui aksi tersebut mereka menyuarakan sejumlah aspirasi.

Mereka juga menyoroti aksi mahasiswa yang mengatasnamakan diri sebagai Aliansi Mahasiswa Solo Raya untuk Kepemimpinan Bermartabat (AMSR-UKB), yang justru condong mendukung pasangan capres-cawapres nomor urut 2, Prabowo Subianto-Gibran.

Dia menilai bahwa aksi mahasiswa yang mendatangi Gibran di Balai Kota Solo pada Selasa, 6 Februari 2024 adalah langkah yang akan merusak gerakan mahasiswa. Gibran kala itu sempat menemui massa aksi tersebut. Dia juga menandatangani tuntutan dari para mahasiswa AMSR-UKB itu di antaranya akan menjalankan amanah dan suara rakyat Indonesia dengan jujur, adil, dan bertanggung jawab.

"Kami menyayangkan adanya aksi mahasiswa (mahasiswa mendukung Gibran) yang kami anggap itu gimmick belaka," ujar Fierdha ketika ditemui awak media di sela-sela aksi. 

"Maka kami turun ke jalan pada hari ini untuk menjawab bahwa mahasiswa di Solo Raya tidak terkotakkan ke satu paslon (pasangan calon presiden dan calon wakil presiden). Mahasiswa di Solo Raya tetap independen," tegas dia. 

Lebih lanjut, dia menyatakan kepentingan mahasiswa adalah untuk mengawal demokrasi Indonesia agar berjalan damai, bersih, serta mampu mewujudkan Indonesia yang adil dan makmur. 

"Bukan kami mendukung atau condong kepada salah satu paslon. Kami tetap mengawal demokrasi ini berjalan sesuai amanah reformasi karena jika massa dari mahasiswa diklaim ke salah satu paslon maka itu hal yang tidak masuk akal dan akan rusak moral generasi muda karena generasi muda adalah orang yang cenderung objektif," katanya. 

Dia memastikan mahasiswa menilai kinerja pemerintahan berdasarkan sepak terjang para pejabat itu dan bukan melihat dari sisi gimmick semata. "Kami di sini berhimpun bukan atas dasar kepentingan Pilpres belaka tapi mengawal demokrasi Indonesia tetap berjalan pada rel yang telah diamanahkan reformasi," ucap dia. 

Devy Ernis

Devy Ernis

Bergabung dengan Tempo sejak April 2014, kini staf redaksi di Desk Nasional majalah Tempo. Memimpin proyek edisi khusus perempuan berjudul "Momen Eureka! Perempuan Penemu" yang meraih penghargaan Piala Presiden 2019 dan bagian dari tim penulis artikel "Hanya Api Semata Api" yang memenangi Anugerah Jurnalistik Adinegoro 2020. Alumni Sastra Indonesia Universitas Padjajaran.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus