Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Situasi unjuk rasa yang meminta adanya hak angket untuk penyelidikan pemilu berlangsung secara curang, tiba-tiba ricuh. Terjadi sejumlah massa pedemo dan polisi saling dorong. Reaksi itu membuat situasi demo di depan gedung Komisi Pemilihan Umum (KPU) sempat panas.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Suasana saling dorong antara massa dan polisi terjadi di taman pertengahan jalan. "Saya ke taman terus saya ditonjok. Tapi saya tonjok duluan polisinya," kata peserta demo Yuli Tobing kepada Tempo, di Jalan Imam Bonjol, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat, 23 Februari 2024. Kericuhan itu terjadi sekitar pukul 17.50 WIB.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Yuli mengatakan, awalnya dia berdiri paling depan. Kemudian polisi yang berjaga di area demo menghadangnya. Saat itu suasana saling dorong dimulai. "Dia megang aku begini," kata Yuli, sambil memegang dua bahunya. "Lalu aku didorong ke taman."
Reaksi itu menimbulkan kemarahan sejumlah massa, termasuk beberapa perempuan yang hadir dalam aksi itu. Beberapa laki-laki harus berdesak-desakan menahan seorang perempuan lain yang tengah mengamuk kepada anggota polisi di lokasi aksi.
Tempo melihat Yuli yang dihadang beberapa pria. Tapi dia terus mengamuk mendekati polisi yang tengah berada di dekat barrier. Yuli marah karena aksi dorong itu menyebabkan bendera dan kacamatanya raib. Yuli terus mendesak mendekati polisi. Saat itu, ia langsung menaruh tinjunya ke petugas tersebut.
Tonjokan Yuli itu tepat mengenai kepala anggota berbaju korps cokelat tersebut. "Ya, tadi di sini aku tonjok juga mukanya," kata perempuan yang mengenakan kemeja bermotif kotak-kotak hitam-putih itu sambil menunjuk tempat seorang polisi.
Setelah Yuli bereaksi, petugas itu mundur. Ia ditarik seorang. Sementara Yuli juga dirangkul dua pria untuk menghindari percekcokan dengan polisi. Yuli datang dari Lebak Bulus, Jakarta Selatan, bersama Koalisi Rakyat Terzalimi. Yuli mengaku mengikuti aksi memprotes dugaan kecurangan pemilu bersama koalisi itu.
Saat amarah Yuli reda, terlihat seorang pria masih berorasi di mobil komando. Pria berkupiah hitam itu mendesak supaya komisioner KPU hadir menemui para demonstran. "Kalau komisioner KPU tidak keluar berarti KPU bagian dari konspirasi pemilu curang," ujar pria itu berorasi.
Dia menuding adanya dugaan kecurangan dalam Pemilu 2024 ini berhubungan dengan Presiden Joko Widodo alias Jokowi. Sebab itu, dia mengatakan Jokowi perlu dimakzulkan. Selain pemkazulan, dia berharap Dewan Perwakilan Rakyat menyatakan hak angket untuk menyelediki pemilu curang.
Menurut si orator, hak angket merupakan jalan terbaik untuk membuat terang pembuktian pemilu dilakukan secara tak sah. Hak angket, kata dia, sebagai jalan terakhir harapan rakyat. "Sehingga terang-benderang siapa yang melakukan konspirasi politik, siapa yang membuat pemilu menjadi curang," tutur pria itu.