Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Terlibat dalam proses produksi buku dengan huruf Braille untuk tunanetra bisa menjadi kegiatan alternatif untuk mengisi waktu luang. Selain memperluas pengetahuan, terlibat dalam proses pengetikan buku tunanetra sekaligus berkontribusi bagi penyediaan akses bagi teman-teman difabel.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Salah satu lembaga yang menyelenggarakan kegiatan pengetikan buku Braille adalah Yayasan Raudhatul Makfufin. "Kegiatannya berupa pengetikan naskah buku atau konten dalam format Microsoft Word lalu diserahkan pengeditan dan pencetakan Braille-nya ke percetakkan Braille langganan kami," ujar Rafiq Akbar, Sekretaris Yayasan Raudhatul Makfufin, saat dihubungi Selasa 9 Juli 2019.
Selain mengetik isi buku, kegiatan ini juga memindai foto dan deskripsi gambar. Deskripsi gambar diperlukan dalam proses pembuatan buku Braille karena huruf Braille tidak dapat mengakomodasi gambar. "Kami harus melibatkan relawan dari teman-teman non-tunanetra untuk dapat mendeskripsikan gambar yang ada di dalam buku dengan tepat," ujar Rafiq.
Meski terdengar sederhana, pengetikan ulang buku untuk format Braille tidak dapat dilakukan seperti mengetik biasa. Ada beberapa proses yang harus dilalui pengetik buku. Misalnya format dan letak huruf yang digunakan berbeda dengan bahan bacaan biasa.
Sebab itu, mereka yang ingin membantu memindahkan konten untuk buku Braille harus mengikuti pelatihan. Yayasan Raudhatul Makfufin mengadakan pelatihan pengetikan ulang untuk buku Braille pada Minggu,14 Juli 2019 di Jalan H. Jamat, Kampung Jati, Buaran, Serpong, Tangerang.
Baca juga: Mesin Ketik Perkins, Alat Pembuat Huruf Braille
Pelatihan rencananya akan dimulai pada pukul 09.00 dan mengajak serta mereka yang dapat berbahasa Arab. Kemampuan tersebut diperlukan karena beberapa buku di yayasan ini tersedia dalam huruf Arab.